Sabtu, 29 Oktober 2016

POAC dalam Kurikulum Pendidikan

TAHAPAN-TAHAPAN MANAJEMEN KURIKULUM
DALAM SATUAN PENDIDIKAN (POAC)

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Manajemen Kurikulum dan Evaluasi

Dosen Pengampu :
Dr. H. Darmuin, M.Ag.


Disusun oleh :
              1.    Muhammad Sunari    (1500128010)
              2.    Ummu Hanifah         (1500128013)


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) WALISONGO
SEMARANG
2016


TAHAPAN-TAHAPAN MANAJEMEN KURIKULUM
DALAM SATUAN PENDIDIKAN (POAC)
I.          PENDAHULUAN
Manajemen kurikulum merupakan substansi manajemen yang utama di sekolah. Karena kurikulum merupakan aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan nasional dan menjadi komponen yang memiliki peran strategis dalam sistem pendidikan. Bahkan studi tentang manajemen kurikulum saat ini semakin mendapat banyak perhatian dari kalangan ilmuwan dan para ahli yang menekuni bidang kurikulum, administrasi pendidikan, dan teknologi pendidikan. Prinsip dasar manajemen kurikulum adalah berusaha agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dengan tolok ukur pencapaian tujuan oleh siswa dan mendorong guru untuk menyusun dan terus menerus menyempurnakan strategi pembelajarannya.
Tahapan dalam manajemen kurikulum di sekolah dilakukan melalui empat tahap yang dapat disingkat menjadi POAC, yakni: Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Actuating (pelaksanaan), Controlling (pengendalian). POAC adalah dasar manajemen untuk organisasi manajerial. Untuk mencapai tujuan, manajer menggunakan sumber daya dan melaksanakan empat fungsi manajerial utama (POAC) tersebut. POAC merupakan sebuah proses, maka di dalam organisasi keberadaan POAC akan selalu berputar dan tidak akan pernah berhenti.
Fungsi POAC sendiri dalam suatu organisasi adalah untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi suatu organisasi dalam pencapaian tujuannya. Bagitupun dalam hal kurikulum, perlu adanya manajemen agar tercapai tujuan yang diinginkan. Maka dalam makalah ini akan dibahas mengenai POAC dalam manajemen kurikulum dalam satuan pendidikan.
II.          RUMUSAN MASALAH
A.  Bagaimana perencanaan dalam manajemen kurikulum?
B.  Bagaimana pengorganisasian dalam manajemen kurikulum?
C.  Bagaimana pelaksanaan dalam manajemen kurikulum?
D.  Bagaimana pengendalian dalam manajemen kurikulum?
III.          PEMBAHASAN
A.  Perencanaan (Planning) dalam Manajemen Kurikulum
Manurut Oemar Hamalik, perencanaan merupakan rangkaian tindakan ke depan. Perencanaan bertujuan untuk mencapai seperangkat operasi yang konsisten dan terkoordinasi guna memperoleh hasil-hasil yang diinginkan.[1] Merencanakan pada dasarnya meliputi membuat keputusan mengenai arah yang akan dituju, tindakan yang akan diambil, sumber daya yang akan diolah dan teknik/metode yang dipilih untuk digunakan.[2]
Sedangkan kurikulum menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, kurikulum adalah, “seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.[3]
Menurut Peter F. Oliva, perencanaan kurikulum adalah fase permulaan dalam kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menyusun perencanaan dimana guru dan siswa akan dibawa. Perencanaan adalah fase berfikir atau merancang tindakan yang akan diambil untuk diimplementasikan.[4] Perencanaan kurikulum adalah perencanaan kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membina siswa ke arah perubahan tingkah laku yang diinginkan dan menilai sampai mana perubahan tersebut telah terjadi pada diri siswa.[5]
Perencanaan kurikulum menyangkut penetapan tujuan dan memperkirakan cara pencapaian tujuan tersebut. Perencanaan kurikulum dijadikan sebagai pedoman yang berisi petunjuk tentang jenis dan sumber belajar yang diperlukan, media penyampaian, metode, sumber biaya, tenaga, sarana yang diperlukan, sistem control, dan evaluasi untuk mencapai tujuan organisasi. Merencanakan pembelajaran merupakan bagian yang sangat penting dalam perencanaan kurikulum, karena pembelajaran mempunyai pengaruh terhadap siswa dari pada kurikulum itu sendiri.[6]
Pada pendekatan yang bersifat “administrative approach” kurikulum direncanakan oleh pihak atasan kemudian diturunkan kepada instansi-instansi bawahan sampai kepada guru-guru. Jadi form the top down, dari atas ke bawah atas inisiatif administrator. Dalam kondisi ini guru-guru tidak dilibatkan. Mereka lebih bersifat pasif yaitu sebagai penerima dan pelaksana di lapangan. Semua ide, gagasan dan inisiatif berasal dari pihak atasan.
Sebaliknya pada pendekatan yang bersifat “grass roots approach”  yaitu yang dimulai dari bawah, yakni dari pihak guru-guru atau sekolah-sekolah secara individual. Kepala sekolah serta guru-guru dapat merencanakan kurikulum atau perubahan kurikulum karena melihat kekurangan dalam kurikulum yang berlaku. Mereka tertarik oleh ide-ide baru mengenai kurikulum dan bersedia menerapkannya di sekolah mereka untuk meningkatkan mutu pelajaran.
Dengan bertindak dari pandangan bahwa guru adalah manager (the teacher as manager) J.G Owen sangat menekankan perlunya keterlibatan guru dalam perencanaan kurikulum. Guru harus ikut bertanggung jawab dalam perencanaan kurikulum, karena dalam praktek mereka adalah pelaksana-pelaksana kurikulum yang sudah disusun bersama.[7]
Seorang manajer dituntut untuk memiliki ketelitian dan kecermatan yang tinggi dalam merencanakan kurikulum baik secara menyeluruh maupun secara rinci, karena perencanaan kurikulum memiliki multi fungsi sebagai berikut :[8]
a.    Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau alat manajemen, yang berisi petunjuk tentang jenis dan sumber belajar, media, bahan ajar, jenjang pendidikan, biaya dan sarana yang diperlukan, serta sistem kontrol dan evaluasi untuk mencapai tujuan manajemen yang telah dirancang sebelumnya.
b.    Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai alat atau penggerak roda organisasi dan tata laksana untuk menciptakan perubahan dalam masyarakat sesuai dengan tujuan organisasi.
c.    Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai motivasi untuk melaksanakan sistem pendidikan sehingga mencapai hasil optimal.
Pada tahap perencanaan, kurikulum dijabarkan hingga menjadi rencana pembelajaran, untuk itu perlu dilakukan tahapan sebagai berikut:
1.      Berdasarkan kalender pendidikan dari dinas pendidikan, sekolah harus menghitung hari kerja efektif dan jam pelajaran efektif untuk setiap mata pelajaran, memperhitungkan hari libur, hari untuk ulangan, dan hari-hari tidak efektif (membuat kalender akademik).
2.      Menyusun program tahunan (Prota) oleh guru setiap mata pelajaran.
3.      Menyusun program semester (Promes) oleh guru mata pelajaran.
4.      Menyusun silabus oleh guru mata pelajaran.
5.      Menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) oleh guru mata pelajaran.[9]
Jadi, perencanaan dalam manajemen kurikulum adalah membuat keputusan mengenai tujuan, tindakan yang akan diambil, sumber daya yang akan diolah dan teknik/metode yang dipilih untuk dijadikan sebagai pedoman dan petunjuk dalam pelaksanaan kurikulum demi mencapai tujuan organisasi.



B.  Pengorganisasian (Organizing) dalam Manajemen Kurikulum
Mengorganisasikan adalah proses mengatur, mengalokasikan, dan mendistribusikan pekerjaan, wewenang dan sumber daya diantara anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Mengorganisasikan sangat penting dalam manajemen karena membuat posisi seseorang jelas dalam struktur dan pekerjaannya. Melalui pemilihan, pengalokasian dan pendistribusian kerja yang profesional, organisasi dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien.[10]
George R. Terry (1986) dalam Rusman mengemukakan bahwa Pengorganisasian adalah, “tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu”.
Dari pendapat diatas dapat dipahami bahwa pengorganisasian pada dasarnya merupakan upaya untuk melengkapi rencana-rencana yang telah dibuat dengan susunan organisasi pelaksananya. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pengorganisasian adalah bahwa setiap kegiatan harus jelas siapa yang mengerjakan, kapan dikerjakan, dan apa targetnya.[11]
Organisasi kurikulum sangat terkait dengan pengaturan bahan pelajaran yang ada dalam kurikulum, sedangkan yang menjadi sumber bahan pelajaran dalam kurikulum adalah nilai budaya, nilai sosial, aspek siswa dan masyarakat serta ilmu pengetahuan dan teknologi.[12]
Menurut Carl D. Glickman, ada tiga pendekatan dalam pengorganisasian kurikulum, yakni; discipline based (berdasarkan mata pelajaran), interdisciplinary (antar cabang ilmu pengetahuan), transdisciplinary (ilmu pengetahuan yang terintegrasi).[13] Hampir sama dengan Glickman, menurut Sutikno yang dikutip oleh Rusdiana, bahwa secara akademik ada empat bentuk pengorganisasian kurikulum yang dapat diterapkan dalam lembaga pendidikan, yaitu sebagai berikut: [14]
1.      Separated Subject Curriculum (Kurikulum Mata Ajaran), kurikulum ini menyajikan segala bahan peajaran dalam berbagai macam mata pelajaran (subject) yang terpisah satu sama lain, seakan-akan ada batas pemisah antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain, juga antara suatu kelas, dengan kelas lain.
2.      Correlated Curriculum (Kurikulum Bidang Studi), organisasi kurikulum ini menghendaki agar mata pelajaran satu sama lain ada hubungan, bersangkut paut (Correlated) walaupun mungkin batas-batas yang masih dipertahankan.[15] Agar pengetahuan anak tidak terpisah-pisah maka diusahakan hubungan antara dua mata pelajaran atau lebih yang dapat dipandang sebagai kelompok yang memiliki hubungan erat.[16]
3.      Integrated Curriculum (Kurikulum Terpadu), Integrated Curriculum meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan. Dengan kebulatan bahan pelajaran diharapkan mampu membentuk kepribadian yang integral selaras dengan kehidupan sekitarnya, apa yang diajarkan disekolah sesuai dengan kehidupan anak di luar sekolah.
4.      Core Curriculum (Kurikulum Inti), yaitu kurikulum inti yang diberikan kepada semua siswa untuk mencapai keseluruhan program kurikulum secara utuh. Dalam core curriculum diajarkan hal-hal yang perlu diketahui oleh setiap siswa berdasarkan masalah dan kebutuhan siswa.
Selain mengorganisasikan bahan pelajaran, hal yang sangat penting dalam penorganisasian kurikulum adalah menetapkan siapa yang bertanggung jawab terhadap bahan pelajaran tersebut. Menurut Rusdiana, pada tahap pengorganiasian kurikulum, kepala sekolah mengatur dan mengkoordinir pembagian tugas mengajar, menyusun jadwal pelajaran dan jadwal kegiatan ekstrakurikuler sebagai berikut:
1.    Pembagian tugas mengajar dan tugas lain perlu dilakukan secara merata, sesuai dengan bidang keahlian dan minat guru. Diupayakan agar setiap guru memperoleh jam tugas sesuai dengan beban tugas minimal.
2.    Penyusunan jadwal pelajaran diupayakan agar guru mengajar secara maksimal selama lima hari/miggu, sehingga ada satu hari tidak mengajar untuk pertemuan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).
3.    Penyusunan jadwal pola kegiatan perbaikan dan pengayaan. Secara normal setiap mata pelajaran akan memerlukan kegiatan perbaikan bagi siswa yang belum tuntas atau tidak memenuhi SKMB (Standar Kegiatan Belajar Mengajar).
4.    Penyusunan jadwal kegiatan ekstrakurikuler perlu difokuskan untuk mendukung kegiatan kurikuler dan kegiatan lain yang mengarah pada pembentukan keimanan, kepribadian, dan kepemimpinan dengan keterampilan tertentu.[17]
Jadi, pengorganisasian dalam manajemen kurikulum adalah upaya untuk melengkapi perencanaan yang telah dibuat dengan susunan organisasi pelaksananya. Pengorganisasian dalam manajemen kurikulum mencakup penentuan apa yang akan diajarkan dan menetapkan siapa yang bertanggung jawab dalam pembelajaran tersebut. Hasilnya adalah penjadwalan tentang kegiatan pembelajaran, kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan pengayaan.



C.  Pelaksanaan (Actuating) dalam Manajemen Kurikulum
Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Fungsi ini baru dapat diterapkan setelah rencana, organisasi, dan karyawan ada. Jika fungsi ini diterapkan maka proses manajemen dalam merealisasi tujuan dimulai. Dalam perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi.
Seperti yang dikutip oleh Rusman, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.
Pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.[18]
Pelaksanaan kurikulum adalah menerjemahkan perencanaan ke dalam tindakan. Selama perencanaan kurikulum, tentunya dibentuk organisasi kurikulum atau reorganisasi yang telah ditentukan. Pengorganisasian tersebut akan berperan dalam pelaksanaan operasionalnya. Pelaksanaan kurikulum  diwujudkan dari rencana kedalam tindakan dalam kelas, dengan demikian terwujudlah kurikulum dalam sebuah pembelajaran. disini, peran guru berubah dari “curriculum worker” (pekerja kurikulum) menjadi “instructor” (pengajar).[19]
Pada tahap ini, tugas utama kepala sekolah adalah melakukan supervisi dengan tujuan untuk membantu guru menemukan dan mengatasi kesulitan yang dihadapi. Dengan cara itu, guru akan merasa didampingi pimpinan sehingga akan meningkatkan semangat kerjanya.[20]
Salah satu wujud nyata dari pelaksanaan kurikulum adalah proses belajar mengajar dengan kata lain proses belajar mengajar adalah operasionalisasi dari kurikulum. Hal-hal yang terkait dengan pelaksanaan kurikulum adalah sebagai berikut:
a.       Dilakukan oleh guru mata pelajaran.
b.      Pelaksanaan ada monitoring dan evaluasi.
c.       Pelaksanaan kurikulum sesuai dengan pembagian tugas guru.
d.      Pelaksanaan kurikulum di monitoring oleh kepala sekolah.
e.       Pelaksanaan kurikulum dalam proses (KBM) sesuai dengan Silabus dan RPP yang telah dibuat.[21]
Kurikulum dilaksanakan berdasarkan potensi, perkembangan, dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna baginya. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan lima pilar belajar:
1.      Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2.      Belajar untuk memahami dan menghayati
3.      Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif
4.      Belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain
5.      Belajar untuk membangun dan menemukan jati dirinya melalui proses pembelajaran yang efektif, kreatif, aktif dan menyenangkan.[22]
Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang baik dengan alasan sebagai berikut:
a.    Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, hangat, dan bersifat membangun.
b.    Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan  multimedia, yang sumber belajarnya bersifat keteknologian.
c.    Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial, dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidik dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.
d.   Kurikulum dilaksanakan berdasarkan komponen-komponen kurikulum yang ada (tujuan, materi atau isi, strategi, dan evaluasi).[23]
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kurikulum adalah mewujudkan perencanaan ke dalam tindakan pembelajaran, dengan demikian terwujudlah kurikulum dalam sebuah pembelajaran.

D.  Pengendalian (Controlling) dalam Manajemen Kurikulum
Pengendalian (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi ini. Menurut Rusman, controlling (pengendalinan/ pengawasan) adalah suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan dapat sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi tercapai.[24]
Pengendalian adalah proses untuk memastikan bahwa aktivitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan. Proses pengendalian dapat melibatkan beberapa elemen yaitu; menetapkan standar kinerja, mengukur kinerja, membandingkan unjuk kerja dengan standar yang telah ditetapkan, mengambil tindakan korektif saat terdeteksi penyimpangan.[25]
Dalam pengertian terbatas, pengendalian kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan. Dalam proses manajerial, evaluasi diperlukan untuk membandingkan antara kinerja aktual dengan kinerja yang telah ditetapkan (kinerja standar).[26]
Dalam komite penelitian nasional The Phi Delta Kappa mengenai evaluasi, Daniel L. Stufflebeam mengemukakan model evaluasi yang dikenal dengan CIPP (Context, Input, Process, Product).[27] Dalam evaluasi kurikulum, model evaluasi CIPP dapat dijabarkan sebagai berikut:
a.    Penilaian konteks yakni evaluasi terhadap tujuan-tujuan kurikulum, apakah tujuan kurikulum sudah sesuai dengan kebutuhan siswa.
b.    Penilaian input yakni evaluasi yang terfokus pada usaha bagaimana bisa menggunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan,
c.    Penilaian proses yakni penilaian yang dilakukan ketika proses belajar mengajar berlangsung, sehingga akan diketahui kekurangan-kekurangan dalam desain pembelajaran.
d.   Penilaian produk yakni usaha mengukur  dan menginterpretasikan pencapaian mutu program pendidikan.[28]
Hal-hal yang terkait dengan pengendalian/pengawasan kurikulum antara lain sebagai berikut:
a)    Pelaku pengawasan kurikulum adalah pengawas dan kepala sekolah.
b)   Obyek pengawasan kurikulum adalah: kelengkapan perangkat kurikulum, pelaksanaan kurikulum, dan proses belajar mengajar.
c)    Cara/metode yang digunakan adalah wawancara, observasi kelas, dan kunjungan kelas.
d)   Instrumen yang banyak digunakan adalah daftar cek dan angket.
e)    Tindak lanjut yang dilakukan pengawas berupa pemantauan pelaksanaan kurikulum.[29]
Pada tahap pengendalian/ kontrol kurikulum, ada dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu; jenis evaluasi dikaitkan dengan tujuannya, dan pemanfaatan hasil evaluasi.[30]
1.      Kepala sekolah mengingatkan guru bahwa evaluasi memiliki tujuan ganda, yaitu mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran dan mengetahui tingkat kesulitan siswa.
2.      Hasil  evaluasi harus benar-benar dimanfaatkan guru untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran. Untuk itu, kepala sekolah harus selalu mengingatkan guru, jika siswa belum menguasai bahan ajar, perlu dilakukan perbaikan. Siswa yang mengalami kesulitan perlu dicarikan solusi, misalnya membentuk kelompok belajar.
3.      Mengingat pentingnya evaluasi maka evaluasi perlu dirancang sejak awal. Untuk itu, hendaknya kepala sekolah mengarahkan guru untuk menyusun kisi-kisi evaluasi, menyusun butir soal, dan menelaah, sampai dihasilkan perangkat soal yang baik, serta cara penilaiannya.
4.      Penyusunan soal sebaiknya tidak dilakukan oleh guru secara sendiri-sendiri, tetapi dilakukan bersama oleh beberapa guru bidang studi sejenis atau oleh MGMP, yang mengarah pada soal standar.[31]
Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh guru-guru, kepala sekolah, dan para pelaksana pendidikan lainnya dalam memahami dan membantu perkembangan peserta didik, memilih bahan pelajaran, memilih metode dan alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian, serta fasilitas pendidikan lainnya.[32]
Jadi, pengendalian dalam manajemen kurikulum adalah  kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan dan memeriksa tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan serta mengambil tindakan korektif apabila terdeteksi penyimpangan.
IV.          KESIMPULAN
Dalam perspektif persekolahan, agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka proses manajemen pendidikan memiliki peranan yang amat vital. Setiap kegiatan pendidikan di sekolah harus memiliki perencanaan yang jelas dan realisitis, pengorganisasian yang efektif dan efisien, pelaksanaan dengan pengarahan dan pemotivasian seluruh personil sekolah untuk selalu dapat meningkatkan kualitas kinerjanya, dan pengawasan secara berkelanjutan. Begitupun dalam manajemen kurikulum di sekolah.
Perencanaan dalam manajemen kurikulum adalah membuat keputusan mengenai tujuan, tindakan yang akan diambil, sumber daya yang akan diolah dan teknik/metode yang dipilih untuk dijadikan sebagai pedoman untuk melaksanakan kurikulu untuk mencapai tujuan organisasi. Pengorganisasian dalam manajemen kurikulum adalah upaya untuk melengkapi perencanaan yang telah dibuat dengan susunan organisasi pelaksananya, mencakup penentuan apa yang akan diajarkan dan menetapkan siapa yang bertanggung jawab dalam pembelajaran tersebut. Pelaksanaan kurikulum adalah mewujudkan perencanaan ke dalam tindakan pembelajaran, dengan demikian terwujudlah kurikulum dalam sebuah pembelajaran. pengendalian dalam manajemen kurikulum adalah  kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan dan memeriksa tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan serta mengambil tindakan korektif apabila terdeteksi penyimpangan.

V.          PENUTUP
Demikianlah makalah yang penulis susun. Apabila terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan maupun penjelasan pada makalah ini penulis mohon maaf  serta mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif, dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.



DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Slamet Suyanto, Dan Setya Raharja, “Pengembangan Kapasitas Kepengawasan Pendidikan Di Wilayah Kota Yogyakarta”, Jurnal Penelitian Bappeda Kota Yogyakarta Vol. 1 No. 1 2006
Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2010
Glickman, Carl D, Stephen P. Gordon, and Jovita M. Ross Gordon, Supervision and Instructional Leadership, Boston: Pearson, 2004
Hamalik, Oemar Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010
Hasbullah, Otonomi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007
Minarti, Sri, Manajemen Sekolah, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012
Oliva, Peter F., Developing the Curriculum, Boston: Little, Brown and Company, 1982
Rusdiana, Pengelolaan Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2013
Rusman, Manajemen Kurikulum, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012
Sudja’i, Achmad, Pengembangan Kurikulum, Semarang: AKFI Media, 2013
Sukmawati, Indah Wahyu dan Karwanto, “Manajemen Kurikulum di SMP Negeri 2 Mojoagung Jombang”, Jurnal Inspirasi Manajemen Pendidikan, Vol. 3 No.3, 2014
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 




[1] Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 135
[2] Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 94
[3] Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 ayat 19
[4] Peter F. Oliva, Developing the Curriculum, (Boston: Little, Brown and Company, 1982), hlm. 25
[5] Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 21
[6] Rusman, Manajemen Kurikulum..., hlm. 21
[7]Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum..., hlm. 150
[8] Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum..., hlm. 152
[9] Rusdiana, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hlm. 127-128
[10] Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan..., hlm. 95
[11] Rusman, Manajemen Kurikulum..., hlm. 124
[12] Rusman, Manajemen Kurikulum..., hlm. 60
[13] Carl D Glickman, Stephen P. Gordon, Jovita M. Ross Gordon, Supervision and Instructional Leadership, (Boston: Pearson, 2004), hlm. 408
[14] Rusdiana, Pengelolaan Pendidikan..., hlm. 120
[15] Rusdiana, Pengelolaan Pendidikan..., hlm. 120
[16] Achmad Sudja’i, Pengembangan Kurikulum, (Semarang: AKFI Media, 2013), hlm. 86
[17] Rusdiana, Pengelolaan Pendidikan..., hlm. 129
[18] Rusman, Manajemen Kurikulum..., hlm. 125
[19] Peter F. Oliva, Developing the Curriculum..., hlm. 25
[20] Hasbullah, Otonomi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 116
[21] Indah Wahyu Sukmawati, dan Karwanto, “Manajemen Kurikulum di SMP Negeri 2 Mojoagung Jombang”, Jurnal Inspirasi Manajemen Pendidikan, (Vol. 3 No.3, 2014), hlm. 23
[22] Rusdiana, Pengelolaan Pendidikan..., hlm. 123
[23] Rusdiana, Pengelolaan Pendidikan..., hlm. 124
[24] Rusman, Manajemen Kurikulum..., hlm. 126
[25] Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan..., hlm. 96
[26] Sri Minarti, Manajemen Sekolah, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 100
[27] Peter F. Oliva, Developing the Curriculum..., hlm. 441
[28] Achmad Sudja’i, Pengembangan Kurikulum..., hlm. 102
[29] Suharsimi Arikunto, Slamet Suyanto, Dan Setya Raharja, Pengembangan Kapasitas Kepengawasan Pendidikan Di Wilayah Kota Yogyakarta, Jurnal Penelitian Bappeda Kota Yogyakarta Vol. 1 No. 1, 2006, hlm. 9
[30] Hasbullah, Otonomi Pendidikan..., hlm. 116
[31] Rusdiana, Pengelolaan Pendidikan..., hlm. 130
[32] Sri Minarti, Manajemen Sekolah..., hlm. 101

2 komentar: