KONSEP
PEMASARAN JASA PENDIDIKAN DAN
KEPUASAN PELANGGAN
Makalah
Disusun Guna
Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Manajemen
Pemasaran, Manajemen Humas, dan Analisis Kebijakan
Dosen Pengampu
:
Dr. Fahrurrozi, M.Ag.
Disusun oleh :
1.
Ummu
Hanifah (1500128013)
2.
Chusnul
Maesaroh (1500128016)
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
WALISONGO
SEMARANG
2016
KONSEP
PEMASARAN JASA PENDIDIKAN DAN
KEPUASAN PELANGGAN
I.
PENDAHULUAN
Pemasaran, yang lebih dikenal dengan
istilah asing “marketing” adalah suatu metode baru untuk memajukan dan
mengembangkan potensi sebuah organisasi dengan memusatkan sasaran atau target,
terutama pada masyarakat yang benar-benar membutuhkan dan menginginkan
organisasi kita, dan tujuan dari pemasaran adalah membantu pengelola suatu
organisasi untuk memutuskan produk apa yang mesti ditawarkan terlebih dahulu.
Adanya istilah marketing pendidikan membuat orang mengira bahwa lembaga
pendidikan itu akan dikomersilkan. Adalah tidak sama antara marketing dengan
komersial, walaupun keduanya akrab digunakan dalam bidang bisnis. Kegiatan
bisnis dapat dilakukan pada dua sektor yaitu sektor yang mencari dan mengejar
laba, dan sektor yang tidak mengejar laba. Demikian pula istilah marketing, ada
marketing dalam “profit organization” dan ada pula “non profit
organization”. Mengenai lembaga pendidikan adalah termasuk dalam non
profit organization.
Bicara marketing berarti bicara bagaimana memuaskan konsumen atau
pelanggan. Jika konsumen tidak puas berarti marketingnya gagal. Dalam sebuah
lembaga pendidikan, terdapat pula sebuah kegiatan melayani konsumen berupa
murid, siswa, mahasiswa, dan juga masyarakat umum yang dikenal sebagai
“stakeholder”. Pihak yang dilayani ingin memperoleh kepuasan dari layanan
tersebut, karena mereka sudah membayar mahal kepada lembaga pendidikan. Maka
dalam makalah ini akan dibahas mengenai konsep pemasaran jasa pendidikan dan
kepuasan pelanggan.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Apa
pengertian dan konsep pemasaran jasa pendidikan?
B.
Apa
pengertian nilai dan kepuasan pelanggan?
C.
Apa
saja komponen pemasaran dalam pendidikan?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian dan Konsep Pemasaran Jasa Pendidikan
Menurut Thamrin dan Francis, pemasaran adalah, “suatu proses sosial
dan manajerial di mana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan
keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang
bernilai satu sama lain”.[1]
Menurut
Michael J. Baker, pemasaran berarti pertukaran (marketing=exchange).
Baker mendefinisikan marketing sebagai, “Marketing
is a process of exchange between individuals and/or organisations which is
concluded to the mutual benefit and satisfaction of the parties”.[2]
Pemasaran adalah proses pertukaran antara individu-individu dan/atau
organisasi-organisasi untuk saling menguntungkan dan menciptakan kepuasan.
Sedangkan pemasaran menurut Kotler yang dikutip oleh Muhaimin, dkk pemasaran
adalah, “usaha/kegiatan yang menyalurkan barang dan jasa dari produsen kepada
konsumen untuk memenuhi kebutuhan konsumen melalui proses pertukaran”.[3]
Menurut William J. Stanton yang dikutip oleh Daryanto dalam bukunya
sari kuliah manajemen pemasaran, pemasaran adalah, “keseluruhan intern yang
bertujuan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan
mendistribusikan barang dan jasa yang akan memuaskan kebutuhan pembeli baik
pembeli yang ada maupun pembeli potensial”.[4]
Menurut Philip dan Duncan, pemasaran meliputi semua langkah yang
digunakan atau diperlukan untuk menempatkan barang-barang berwujud kepada
konsumen. Sedangkan menurut American Marketing Association, pemasaran meliputi
pelaksanaan kegiatan usaha niaga yang diarahkan pada arus aliran barang dan
jasa dari produsen ke konsumen.[5]
Kolter
dan Keller mendefinisikan jasa/layanan (service) sebagai, “semua
tindakan atau kinerja yang dapat ditawarkan satu pihak kepada pihak lain yang
pada intinya tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan apapun”.[6]
Jasa mempunyai empat karakteristik berbeda yang sangat mempengaruhi desain
program pemasaran: tak berwujud (intangibility), tak terpisahkan (inserparability),
bervariasi (variability), dan tak musnah (perishability).[7]
Sedangkan pengertian
pendidikan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas yaitu,
“Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.”[8]
Menurut
Rusdiana, pendidikan sebagai produk jasa merupakan sesuatu yang tidak berwujud,
tetapi dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang diproses dengan menggunakan atau
tidak menggunakan bantuan produk fisik, yaitu proses yang terjadi merupakan
interaksi antara penyedia jasa dan pengguna jasa yang mempunyai sifat tidak
mengakibatkan perpindahan hak atau kepemilikan”. [9]
Dalam konteks sekolah/madrasah pemasaran didefinisikan sebagai,
“suatu pengolahan yang sistematis dari pertukaran nilai-nilai yang sengaja
dilakukan untuk mempromosikan misi-misi sekolah/ madrasah berdasarkan pemuasan
kebutuhan nyata baik itu untuk stakeholder ataupun masyarakat sosial
pada umumnya”.[10]
Pemasaran dalam konteks jasa pendidikan adalah, “sebuah proses
sosial dan manajerial untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan
melalui penciptaan (creation) penawaran, pertukaran produk yang bernilai
dengan pihak lain dalam bidang pendidikan”.[11]
Menurut
Alma, Marketing jasa pendidikan adalah, “kegiatan lembaga pendidikan memberikan
layanan atau menyampaikan jasa pendidikan kepada konsumen dengan cara yang
memuaskan”.[12]
Fungsi
pemasaran di lembaga pendidikan adalah untuk membentuk citra baik terhadap
lembaga dan menarik minat sejumlah calon siswa. Oleh karena itu, pemasaran
harus berorientasi kepada pelanggan yang dalam konteks sekolah/madrasah disebut
siswa.[13]
Etika
pemasaran dalam dunia pendidikan adalah menawarkan mutu layanan intelektual dan
pembentuk watak secara menyeluruh, karena pendidikan bersifat lebih kompleks,
yang dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Hasil pendidikannya mengacu jauh
ke depan, membina kehidupan warga negara, generasi penerus ilmuwan di masa depan.[14]
Dari
definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pemasaran jasa pendidikan
adalah suatu proses menejerial yang melaksanakan aktifitas pertukaran layanan
intelektual untuk memenuhi kebutuhan pelanggan pendidikan (siswa) sehingga
memuaskan pelanggan.
B.
Pengertian Nilai dan Kepuasan Pelanggan
1.
Pengertian Nilai
Nilai
adalah perkiraan konsumen tentang kemampuan total suatu produk untuk memenuhi
kebutuhannya. Seorang konsumen membutuhkan suatu produk berupa barang atau jasa
untuk memenuhi kebutuhannya dengan melakukan proses pembelian. Dalam proses
pembelian itu, seorang pembeli membentuk harapan nilai atau value. Nilai
atau value dapat dipahami sebagai
manfaat produk, sedangkan nilai dalam istilah keuangan umumnya diartikan
sebagai harga yang ditawarkan kepada pelanggan. Penciptaan nilai dalam
pemasaran dikaitkan dengan proses perwujudan atas pengetahuan dari kebutuhan
dan keinginan dari suatu pasar kedalam produk tertentu yang ditawarkan.[15]
Nilai
bagi pelanggan adalah selisih antara nilai total yang dinikmati pelanggan karena
memiliki serta menggunakan suatu produk dengan biaya total yang menyertai
produk tersebut. Nilai total antara lain nilai dari produk, jasa, personil
pemasar, biaya waktu, biaya energi yang dikeluarkan, biaya psikis. Setelah
pemberian nilai, konsumen akan mengevaluasi dan hasil evaluasi ini akan
mempengaruhi kepuasan dan peluang untuk membeli ulang produk tersebut. [16]
Konsumen
akan menentukan peringkat produk dari yang paling memenuhi sampai yang paling
tidak memenuhi kebutuhannya. Ia akan mempertimbangkan nilai dan harga suatu
produk sebelum menentukan pilihan. Ia akan memilih produk yang memberikan nilai
tertinggi untuk harganya. Jadi, nilai setiap produk baik barang maupun jasa
tergantung dari seberapa jauh produk tersebut dapat mendekati produk ideal. [17]
Pelanggan
pada dasarnya mencari nilai terbesar yang diberikan suatu produk (jasa).
Pencarian nilai oleh pelanggan terhadap produk (jasa) perusahaan, kemudian
menimbulkan teori yang disebut dengan customer delivered value (nilai
yang diterima konsumen), yaitu besarnya selisih nilai yang diberikan oleh
pelanggan terhadap produk jasa perusahaan yang ditawarkan kepadanya (customer
value) dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh pelanggan untuk memperoleh
produk (jasa) tersebut (customer cost). Dimana hasil akhirnya adalah
keuntungan (profit) yang diterima oleh pelanggan. Nilai yang diberikan
oleh pelanggan diukur berdasarkan kepercayaan (reliability), ketahanan (durability)
dan kinerja (performance) terhadap bentuk fisik, pelayanan karyawan
perusahaan dan citra produk (jasa). Di lain sisi biaya yang dikeluarkan
pelanggan diukur berdasarkan jumlah uang, waktu dan energi, serta biaya
psikologis produk.[18]
2.
Pengertian Kepuasan Pelanggan
Kepuasan
atau satisfaction berasal dari bahasa latin “satis” yang berarti
cukup baik, memadai. Dan “factio”yang berarti melakukan atau membuat.
Sehingga kepuasan (satisfaction) dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan
sesuatu atau membuat sesuatu memadai. Kepuasan merupakan respons konsumen yang
sudah terpenuhi keinginannya tentang penggunaan barang dan jasa yang mereka
pakai.[19]
Kepuasan
adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja produk (atau
hasil) yang ia rasakan dengan harapannya. Jadi, tingkat kepuasan merupakan
fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan (perceived performance)
dan harapan (expectations). Jika kinerja dibawah harapan maka pelanggan
akan tidak puas, kalau kinerja sesuai harapan maka pelanggan puas, dan apabila
kinerja melampaui harapan maka pelanggan akan sangat puas, senang atau bahagia.[20]
Kepuasan
pelanggan merupakan pendorong utama bagi loyalitas pelanggan. Sebagian
pelanggan mendasarkan kepuasannya semata-mata hanya pada dorongan harga,
sedangkan pelanggan lain mendasarkan kepuasannya pada keputusan pembelian atas
dasar tingkat kepuasan produk yang mereka butuhkan. Peningkatan kepuasan
pelanggan sangat dibutuhkan dalam persaingan pasar yang semakin tajam. Tingkat
kepuasan pelanggan tergantung pada kinerja yang dirasakan/diterima dari produk
barang maupun jasa atau servis pendukung serta standar yang digunakan pelanggan
untuk mengevaluasi kinerja itu. [21]
Penemuan
professor Claes Fornell dari University of Michigan mengenai kepuasan pelanggan
terhadap hasil produksi:[22]
a.
Kepuasan
pelanggan akan lebih rendah pada industri yang menawarkan produk homogen kepada
pasar yang heterogen. Di lain pihak, industri yang menawarkan produk homogen
bermutu tinggi ke pasar homogen, akan mendapatkan tingkat kepuasan tinggi.
b.
Kepuasan
pelanggan lebih rendah, kalau pembeli menghadapi biaya tinggi untuk berganti
pemasok. Mereka terpaksa membeli dari pemasoknya sekarang, meskipun tingkat
kepuasan mereka rendah.
c.
Industri
yang tergantung dari pembelian ulang, umumnya memiliki tingkat kepuasan
pelanggan yang lebih tinggi.
d.
Seiring
dengan meningkatnya pangsa pasar, kepuasan pelanggan pelanggan bisa turun.
Penyebabnya adalah lebih banyak pelanggan dengan permintaan heterogen yang
ditarik untuk membeli barang yang relatif homogen.
Dalam
melakukan pengukuran kepuasan pelanggan, menurut Kotler yang dikutip oleh Ara
Hidayat dan Imam Machali, mengemukakan beberapa cara diantaranya yaitu:[23]
a.
Complain
and suggestion system (sistem
keluhan dan saran), informasi dari saran dan keluhan ini akan dijadikan data
dalam melakukan antisipasi dan pengembangan perusahaan.
b.
Customer
satisfaction surveys (servey
kepuasan pelanggan), tingkat keluhan konsumen dijadikan data dalam mengukur
tentang kepuasan, hal itu bisa melalui survei, pos, telpon atau angket.
c.
Ghost
shopping (pembeli bayangan), dengan
mengirimkan orang untuk melakukan pembelian di perusahaan orang lain dan di
perusahaan sendiri untuk melihat secara jelas keunggulan dan kelemahan
pelayanannya.
d.
Lost
customer analysis (analisis
pelanggan yang beralih), yaitu kontak yang dilakukan kepada pelanggan yang
telah beralih pada perusahaan lain untuk dijadikan perbaikan kinerja dalam
meningkatkan kepuasan.
Dalam
konteks pendidikan, kepuasan pelanggan dapat dilihat dari beberapa komponen
sebagai berikut:[24]
No.
|
Komponen
|
Indikator-indikator
|
1.
|
Karakteristik
barang dan jasa
|
Nama
sekolah yang dikenal, staf pengajar yang kompeten, dan hubungan dengan
lembaga luar.
|
2.
|
Emosi
pelanggan
|
Motivasi
siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar
|
3.
|
Atribut-atribut
pendukung
|
Promosi
di bidang jasa sekolah, lulusan yang berhasil, dan prestasi-prestasi yang dicapai.
|
4.
|
Persepsi
terhadap pelayanan
|
Penerimaan
pelayanan oleh siswa.
|
5.
|
Pelanggan
lainnya
|
Penyebarluasan
informasi
|
6.
|
Manfaat
|
Fungsional
dan emosional
|
7.
|
Biaya
|
Moneter,
waktu, energi dan fisik
|
Lembaga
pendidikan pada hakekatnya bertujuan memberi layanan kepada pelanggan yang
berupa murid, siswa, mahasiswa, dan masyarakat umum yang dikenal sebagai “Stakeholder”.
Pihak yang dilayani ingin memperoleh kepuasan dari layanan tersebut. Layanan
ini dapat dilihat dari berbagai bidang, mulai dari layanan yang berbentuk fisik
bangunan, sampai layanan berbagai fasilitas dan guru yang bermutu.
Pelanggan
akan menuntut dan menggugat layanan yang kurang memuaskan. Mereka akan
memperhatikan keadaan bangunan ruang belajar, kebersihan dan keamanan. Kemudian
berbagai fasilitas seperti papan tulis, spidol, kapur, dan fasilitas berupa
teknologi pendidikan, serta guru yang profesional, bermutu, dan sebagainya.
Semua akan bermuara pada sasaran memuaskan konsumen. Inilah tujuan hakiki dari
marketing lembaga pendidikan.[25]
Sekolah
hendaknya dapat berorientasi pada kepuasan pelanggan, selain juga perlu
mencermati pergeseran konsep “keuntungan pelanggan” menuju “nilai” (value)
dari jasa yang terhantar. Sekolah mahal tidak menjadi masalah sepanjang manfaat
yang dirasakan siswa melebihi biaya yang dikeluarkan. Sebaliknya, sekolah murah
bukan jaminan akan diserbu calon siswa apabila nilainya rendah.[26]
Jadi,
kepuasan pelanggan layanan jasa pendidikan, dapat dilihat dari nilai layanan
yang diberikan dalam lembaga pendidikan itu sendiri, mulai layanan yang
berbentuk fisik bangunan, sampai layanan berbagai fasilitas dan guru yang
bermutu.
C.
Komponen-komponen Pemasaran dalam Pendidikan
Pemasaran
adalah suatu proses sosial dan manajerial yang berorientasi kepada pelanggan
atau konsumen. Komponen-komponen dalam proses pemasaran, termasuk juga
pemasaran jasa pendidikan diantaranya sebagai berikut:
1.
Kebutuhan
(Need)
Kebutuhan manusia adalah pernyataan dari rasa kahilangan. Manusia
mempunyai banyak kebutuhan yang kompleks. Kebutuhan secara umum terbagi atas
kebutuhan primer, sekunder dan tersier.[27] Kebutuhan
manusia yang kompleks tersebut karena bukan hanya fisik (makanan, pakaian,
perumahan, dll), tetapi juga rasa aman, aktualisasi diri, sosialisasi,
penghargaan, kepemilikan. Semua kebutuhan berasal dari masyarakat konsumen.
Bila konsumen tidak puas maka konsumen akan mencari produk atau jasa memuaskan
kebutuhan mereka.[28]
2.
Keinginan
(Want)
Bentuk kebutuhan manusia yang dihasilkan oleh budaya dan
kepribadian individual dinamakan keinginan. Keinginan adalah hasrat akan pemuas
tertentu dari kebutuhan. Contohnya orang butuh makan dan keinginannya adalah
makan nasi goreng.[29] Masyarakat
yang semakin berkembang keinginannya juga semakin luas, tetapi ada keterbatasan
dana, waktu, tenaga dan ruang, sehingga dibutuhkan organisasi, lembaga atau
perusahaan yang bisa memuaskan keinginan sekaligus memenuhi kebutuhan manusia
dengan menebus keterbatasan tersebut, paling tidak meminimalisasi keterbatasan
sumber daya.[30]
3.
Permintaan
(Demand)
Dengan keinginan dan kebutuhan serta keterbatsan sumber daya
tersebut, akhirnya manusia menciptakan permintaan akan produk atau jasa dengan
manfaat yang paling memuaskan. Sehingga muncullah istilah permintaan, yaitu
keinginan manusia akan produk spesifik yang didukung didukung oleh daya beli. [31]
4.
Produk
(Product)
Manusia memuaskan kebutuhan dan keinginan dengan produk. Produk
adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan,
dimiliki, digunakan atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan.
Produk mencakup obyek fisik, jasa, orang, tempat, organisasi dan gagasan.[32]
Konsep produk dalam dunia pendidikan terbagi atas jasa kependidikan
dan lulusan. Jasa kependidikan terbagi atas jasa kurikuler, penelitian,
pengembangan kehidupan bermasyarakat, ekstrakurikuler, dan administrasi. Bentuk
produk tersebut hendaknya sejalan dengan permintaan pasar atau keinginan pasar
yang diikuti oleh kemampuan dan kesediaan dalam membeli jasa kependidikan.[33]
5.
Nilai
Pelanggan (Customer Value)
Nilai bagi pelanggan adalah selisih antara nilai total yang
dinikmati pelanggan karena memiliki serta menggunakan suatu produk dan biaya
total yang menyertai produk tersebut. Setelah pemberian nilai, konsumen akan
mengevaluasi dan hasil evaluasi ini akan mempengaruhi kepuasan dan peluang
untuk membeli ulang produk tersebut.[34]
6.
Kepuasan
Pelanggan (Customer Satisfaction)
Kepuasan mencerminkan penilaian seseorang tentang kinerja produk
anggapannya (atau hasil) dalam kaitannya dengan ekspektasi. Jika kinerja produk
tersebut tidak memenuhi ekspektasi, pelanggan tersebut tidak puas dan kecewa.
Jika kinerja produk sesuai dengan ekspetasi, pelanggan tersebut puas. Jika
kinerja produk melebihi ekspetasi, pelanggan tersebut senang.[35]
7.
Pertukaran
(Exchange)
Pertukaran adalah tindakan untuk memperoleh barang yang dikehendaki
dari seseorang dengan menawarkan sesuatu sebagai imbalan. Ada 5 kondisi yang
harus dipenuhi agar pertukaran terjadi:
a.
Terdapat
sedikikitnya dua pihak.
b.
Setiap
pihak memiliki sesuatu yang mungkin berharga bagi pihak lain.
c.
Setiap
pihak mampu berkomunitas dan melakukan penyerahan.
d.
Setiap
pihak bebas menerima atau menolak tawaran pertukaran.
e.
Setiap
pihak yakin bahwa berunding dengan pihak lain bermanfaat.[36]
8.
Transaksi
(Transactions)
Transaksi adalah tercapainya persetujuan mengenai pertukaran.
Aspek-aspek dalam transaksi, antara lain sebagai berikut:[37]
a.
Sedikitnya
ada dua barang yang memiliki nilai
b.
Ada
syarat-syarat yang disetujui
c.
Ada
pesetujuan mengenai waktu
d.
Ada
persetujuan mengenai tempat
9.
Hubungan
(Relationship)
Hubungan adalah proses menciptakan, memelihara dan meningkatkan kebersatuan
dan keeratan yang semakin bernilai dengan pelanggan dan pihak-pihak yang
berkepentingan yang lain. Dengan kata lain hubungan adalah praktik membangun komunikasi
jangka panjang yang memuaskan dengan pihak-pihak pelanggan, pemasok (supplier),
penyalur (distributor), guna mempertahankan bisnis jangka panjang
mereka. Agar hubungan dapat tercipta dalam jangka panjang maka hal- hal yang
dapat dilakukan antara lain:[38]
a.
Saling
mempercayai, saling menguntungkan
b.
Menjanjikan
dan memberikan kualitas yang tinggi, pelayanan yang baik, harga yang pantas
antar pihak.
c.
Menghasilkan
ikatan ekonomi, teknik dan sosial yang kuat antar pihak yang berkepentingan
d.
Menekan
biaya transaksi dan waktu pencarian pelanggan
10.
Jaringan
(Network)
Hasil akhir suatu pemasaran berdasarkan hubungan adalah membangun
suatu aset perusahaan berupa jaringan pemasaran. Jaringan pemasaran terdiri
dari suatu perusahaan dengan pemasok, distributor dan pelaggannya di mana sudah
terdapat suatu hubungan bisnis yang kuat dan dapat diandalkan. Semakin lama
pemasaran semakin bergeser dari memaksimalkan keuntungan dari setiap transaksi
ke memaksimalkan hubungan saling menguntungkan dengan mitranya. Prinsip dasarya
adalah dengan membangun hubungan baik, transaksi yang menguntungkan akan datang
sendiri. [39]
11.
Pasar
(Markets)
Pasar terdiri dari semua pembeli potensial yang memiliki kebutuhan
dan keinginan tertentu serta mau dan mampu turut dalam pertukaran untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut.[40]
Jadi, besarnya pasar tergantung dari jumlah orang yang memiliki kebutuhan,
punya sumber daya yang diminati orang lain, dan mau menawarkan sumber daya itu
untuk ditukar supaya dapat memenuhi keinginan mereka. Ahli ekonomi menggunakan
istilah pasar untuk menunjuk pada sejumlah pembeli dan penjual yang melakukan
transaksi pada suatu produk atau kelas produk.
[41]
12.
Pamasar
dan calon pembeli
Pemasar adalah orang yang mencari sumber daya dari orang lain dan
mau menawarkan sesuatu yang bernilai. Sedangkan calon pembeli adalah seseorang
yang diidentifikasikan oleh pemasar sebagai orang yang mungkin bersedia dan
mampu terlibat dalam pertukaran tersebut. Kalau satu pihak libih aktif mencari
pertukaran daripada pihak lain, maka pihak pertama adalah pemasar dan pihak
kedua adalah calon pembeli. [42]
IV.
KESIMPULAN
Pemasaran
jasa pendidikan adalah suatu proses menejerial yang melaksanakan aktifitas
pertukaran layanan intelektual untuk memenuhi kebutuhan pelanggan (siswa) pendidikan
sehingga dapat mencapai kepuasan pelanggan. Fungsi pemasaran di lembaga
pendidikan adalah untuk membentuk citra baik terhadap lembaga dan menarik minat
sejumlah calon siswa.
Kepuasan
pelanggan layanan jasa pendidikan, dapat dilihat dari nilai layanan yang
diberikan dalam lembaga pendidikan itu sendiri, mulai layanan yang berbentuk
fisik bangunan, sampai layanan berbagai fasilitas dan guru yang bermutu. Sekolah
mahal tidak menjadi masalah sepanjang manfaat yang dirasakan siswa melebihi
biaya yang dikeluarkan. Sebaliknya, sekolah murah bukan jaminan akan diserbu
calon siswa apabila nilainya rendah.
Komponen-komponen
dalam proses pemasaran, termasuk juga pemasaran jasa pendidikan diantaranya;
kebutuhan, keinginan, permintaan, produk, nilai, kepuasan, pertukaran,
transaksi, hubungan, jaringan, pasar, pemasar dan calon pembeli
V.
PENUTUP
Demikianlah
makalah yang penulis susun. Apabila terdapat kekurangan dan kesalahan dalam
penyusunan maupun penjelasan pada makalah ini penulis mohon maaf serta mengharapkan saran dan kritik yang
konstruktif, dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,
Thamrin, dan Francis Tantri, Manajemen Pemasaran, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2012
Alma,
Buchari, dan Ratih Hurriyati, Manajemen Corporate dan Strategi Pemasaran
Jasa Pendidikan Fokus pada Mutu dan Layanan Prima, Bandung: Alfabeta, 2008
Assauri,
Sofjan, Strategic Marketing (Sustaining Lifetime Customer Value), Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2012
Baker, Michael
J. etc, Marketing Theory and Practice, London: Macmillan Education Ltd,
1987
Daryanto,
Sari Kuliah Manajemen Pemasaran, Bandung: Satu Nusa, 2011
Hidayat,
Ara dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan Konsep, Prinsip dan Aplikasi
dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah, Bandung: Pustaka Educa, 2010
Kotler,
Philip dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran Jilid 1, Terj. Bob
Sabran, Jakarta: Erlangga, 2009
------,
Manajemen Pemasaran Jilid 2,Terj. Bob Sabran, Jakarta:
Erlangga, 2009
Lupiyoadi,
Rambat dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Jakarta: Salemba Empat,
2009
Muhaimin,
dkk, Manajemen Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2010
Rusdiana,
Pengelolaan Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2015
Shinta,
Agustina, Manajemen Pemasaran, Malang: Universitas Brawijaya Press, 2011
Undang-undang
RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 Ayat 1
[1] Thamrin
Abdullah dan Francis Tantri, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2012), hlm. 14
[2]
Michael J. Baker, etc, Marketing Theory and Practice, (London: Macmillan
Education Ltd, 1987), hlm. 4
[3] Muhaimin, dkk,
Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 97
[4] Daryanto, Sari
Kuliah Manajemen Pemasaran, (Bandung: Satu Nusa, 2011), hlm. 83- 84.
[5] Daryanto, Sari
Kuliah Manajemen Pemasaran..., hlm. 83- 84.
[6] Philip Kotler
dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran Jilid 2,Terj. Bob Sabran, (Jakarta:
Erlangga, 2009), hlm. 36
[7] Philip Kotler
dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran Jilid 2... , hlm. 39
[8] Undang-undang
RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 Ayat 1
[9] Rusdiana,
Pengelolaan Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), hlm. 263
[10] Muhaimin, dkk,
Manajemen Pendidikan..., hlm. 98
[11] Ara Hidayat
dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan Konsep, Prinsip dan Aplikasi dalam
Mengelola Sekolah dan Madrasah, (Bandung: Pustaka Educa, 2010), hlm. 263-
264.
[12] Buchari Alma,
dan Ratih Hurriyati, Manajemen Corporate dan Strategi Pemasaran Jasa
Pendidikan Fokus pada Mutu dan Layanan Prima, (Bandung: Alfabeta, 2008),
hlm. 31
[13] Muhaimin, dkk,
Manajemen Pendidikan..., hlm. 101
[14] Ara Hidayat
dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan..., hlm. 263- 264.
[15] Sofjan
Assauri, Strategic Marketing (Sustaining Lifetime Customer Value), (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 2
[16] Agustina
Shinta , Manajemen Pemasaran, (Malang: Universitas Brawijaya Press,
2011), hlm. 10
[17] Thamrin
Abdullah dan Francis Tantri, Manajemen Pemasaran..., hlm. 16
[18] Rambat
Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, (Jakarta: Salemba
Empat, 2009), hlm. 174
[19]Ara Hidayat dan
Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan..., hlm. 264
[20] Thamrin
Abdullah dan Francis Tantri, Manajemen Pemasaran..., hlm. 38
[21] Sofjan
Assauri, Strategic Marketing (Sustaining Lifetime Customer Value)...,
hlm. 11
[22] Daryanto, Sari Kuliah Manajemen Pemasaran...,
hlm. 9- 10
[23] Ara Hidayat
dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan..., hlm. 266
[24] Rusdiana, Pengelolaan
Pendidikan..., hlm. 262
[25] Buchari Alma,
dan Ratih Hurriyati, Manajemen Corporate dan Strategi Pemasaran Jasa
Pendidikan Fokus pada Mutu dan Layanan Prima..., hlm. 30
[26] Rusdiana, Pengelolaan
Pendidikan..., hlm. 262
[27] Agustina
Shinta , Manajemen Pemasaran..., hlm. 9
[28] Ara Hidayat
dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan..., hlm. 259.
[29] Thamrin
Abdullah dan Francis Tantri, Manajemen Pemasaran..., hlm. 14
[30]Ara Hidayat dan
Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan..., hlm. 260.
[31] Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan
Pendidikan..., hlm. 260.
[32] Daryanto, Sari Kuliah Manajemen Pemasaran...,
hlm. 1
[33] Rusdiana, Pengelolaan
Pendidikan..., hlm. 262
[34] Daryanto, Sari Kuliah Manajemen Pemasaran...,
hlm. 1
[35] Philip Kotler
dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran Jilid 1, (Jakarta: Erlangga,
2009), hlm. 14.
[36] Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan
Pendidikan..., hlm. 261.
[37] Daryanto, Sari
Kuliah Manajemen Pemasaran..., hlm.
2.
[38]Ara Hidayat dan
Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan..., hlm. 262.
[39] Thamrin
Abdullah dan Francis Tantri, Manajemen Pemasaran..., hlm. 19
[40] Daryanto, Sari Kuliah Manajemen Pemasaran...,
hlm. 3.
[41] Thamrin
Abdullah dan Francis Tantri, Manajemen Pemasaran..., hlm. 19
[42] Ara Hidayat
dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan..., hlm. 262.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar