Sabtu, 29 Oktober 2016

Islam di Turki


ISLAM DI TURKI


MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah : Geografi Islam
Dosen pengampu : Dr. H. Ruswan, M. A

 

Disusun Oleh :
Kelompok 5, PAI-6A
Subur Haryanto                (113111021)
Ummu Hanifah                 (113111022)
A.    Nasiruddin Al Bani    (113111024)   


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014


ISLAM DI TURKI

I.     PENDAHULUAN
Masyarakat Indonesia mengenal Turki sebagai suatu negara berpenduduk mayo­ritas muslim. Kita juga mengenal Turki sebagai bangsa yang pernah memimpin dunia Islam selama kurang lebih tujuh ratus tahun, dari permulaan abad ke-13 hingga jatuhnya Kekhalifahan Utsmani pada awal abad ke-20.
Fenomena kehidupan masyarakat Turki menjadi menarik ketika negara  yang berdiri tahun 1923 itu menyatakan diri sebagai sebuah negara sekuler. Islam, yang telah berfungsi sebagai agama dan sistem hidup bermasyarakat dan berne­gara selama lebih dari tujuh abad, di­jauhkan peranannya dan digantikan oleh sistem Barat. Namun sekalipun secara struktural Turki dikuasai oleh rezim sekuler, masyarakat dengan ideologi Islam tidak pernah be­nar-benar hilang. Mereka bergerak di ba­wah tanah menjadi kekuatan kultural, yang setiap saat bisa muncul. Karena itu Turki adalah sebuah kasus yang sa­ngat unik dalam studi politik dunia.
Maka dalam makalah ini akan dibahas tentang Negara Turki itu sendiri, yang melipurti keadaan geografisnya, sejarah perkembangan Islamnya, karakteristik Islam disana, dan juga faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan Islam di Turki.
II.  RUMUSAN MASALAH
A.  Bagaimana keadaan geografis Negara Turki?
B.  Bagaimana sejarah perkembangan Islam di Turki?
C.  Apa saja karakteristik Islam di Turki?
D.  Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan Islam di Turki?
III.   PEMBAHASAN
A.    Keadaan Geografis Negara Turki
Profil Negara Turki [1]
Nama Negara              : Turki
Bentuk Pemerintahan  : Republik
Sistem Pemerintahan   : Parlementer
Ibu Kota Negara         : Ankara
Bahasa Nasional          : Bahasa Turki, sebagian berbahasa Kurdi, Arab, dan Yunani
Hari Kemerdekaan      : 29 Oktober 1923 M
Luas Negara                : 780.580 km² (38% padang rumput, 29% dapat ditanami)
Jumlah Penduduk        : 76.667.864 orang (tahun 2013)[2]
Mata Uang                  :Lira Turki
Letak Geografis          : Negara Turki berada diantara dua benua yaitu di Asia Kecil dan Eropa Tenggara dimana 95%-nya berada di Asia dengan batas batas:
Barat                : dibatasi oleh laut Aegea
Barat laut         : Yunani dan Bulgaria
Utara               : Laut Hitam
Timur laut        : Rusia
Timur               : Iran
Selatan             : Irak, Syiria, dan Laut Tengah
Sebelum runtuhnya sistem kesultanan Utsmaniyah pasca perang dunia I pada tahun 1918, geopolitik Turki mencakup dan meliputi area wilayah yang sangat luas. Sejak munculnya imperialisme Eropa seluruh wilayah Turki yang meliputi kawasan-kawasan Afrika Utara, Asia Barat termasuk sebagian Eropa Timur sedikit demi sedikit mulai dilepaskan. Kekuatan Eropa terutama Inggris dan Perancis, memaksa bagian-bagian kawasan Arab untuk dilepaskan oleh Turki. Ketika kemudian menjadi negara republik Turki, batas-batas wilayahnya hanya sebagian kecil dari Eropa dan Asia, seperti disebutkan di atas.[3]
B.     Sejarah Perkembangan Islam di Turki
Sejarah Islam di Turki dapat dibagi menjadi tiga periode:
1.      Masuknya Islam di Turki
Sebelum Islam, Asia Kecil mengikuti kekaisaran Bizantium. Pada tahun 6 H Rasulullah mengirimkan surat kepada raja negeri ini, menyuruh mereka untuk masuk Islam. Lalu Raja negeri itu menulis surat kepada kaisar romawi. Raja negeri itu manyaksikan bahwa kaisar memiliki kecenderungan kepada Islam, sekalipun ia memperoleh perlawanan dari gereja dan pembesar kerajaan. Islam tersebar diseluruh Asia kecil lewat tangan mereka.[4]


2.      Era Pemerintahan Utsmaniyah (699-1342H/ 1299-1923M)
Pada abad ke-12 M umat Islam dibawah bimbingan dinasti Abbasiyah dengan menggunakan kekuatan orang-orang Turki di bawah komando Ertugral dan anaknya yang bernama Utsman, akhirnya dapat merebut wilayah ini (Asia Kecil), sekaligus dinasti Abbasiyah memercayakan dan menghadiahkan pemerintahannya kepada mereka. Pada abad ke-13 M berdirilah dinasti Utsmaniyah denagn Utsman bin Ertugral sebagai pengusa pertamanya.[5]
Pemerintahan Turki Utsmani berdiri selama 643 tahun denagn 36 orang sultan yang memimpin. Kemenangan terbesar mereka adalah menakhlukkan konstantinopel di tangan Sultan Muhammad II (Al-Fatih) pada Tahun 857H/ 1453M, yang merupakan ibu kota kekaisaran Bizantium. Kemudian kota ini menjadi pusat khalifah Islamiyah dan diganti namanya menjadi Istanbul.[6]
Sedangkan masa keemasan Turki Utsmani adalah pada abad ke-16. Pada tahun 1517 M, Sultan Salim merebut Mesir dari pemerintahan Mamalik yang sudah lemah. Pada Tahun 1526 M, Sultan Sulaiman yang agung menundukkan sebagian besar Hungaria dibawah pemerintahan Turki Utsmani selama satu setengah abad lebih. Selain dibidang Militer atau ekspansi kerajaan, banyak kemajuan peradaban yang pernah ditorehkan pada masa Dinasti Utsmani, diantaranya dalam bidang pemerintahan, agama dan budaya, bidang intelektual, sastra dan bahasa, seni dan arsitektur. [7]
3.      Era Turki Modern
Pada akhir abad 18, imperium Utsmani tidak mampu lagi mempertahankan  dirinya menghadapi perkembanagan kekuatan militer Eropa. Pada akhir abad 19, adalah pembentukan negara Turki modern, pertimbangan utamanya adalah kontinuitas bentuk kesejarahan institusional dan kultural.[8] Diantara tokoh-tokoh pembaharuan di Turki adalah Sultan Mahmud II, Tanzimat, Kelompok Usmani Muda, Turki muda, dan Mustafa Kemal.
1.    Sultan Mahmud II
Pada tahun 1826 Sultan Mahmud II mengadakan penghapusan wazir agung diganti dengan perdana menteri, pembaharuan sistem hukum yang memberlakukan hukum sekuler di samping hukum syari’ah, dan pembaharuan di bidang pendidikan dengan membentuk sekolah umum dan sekolah sastra.
2.    Tanzimat
Gerakan pembaharuan ini dilakukan oleh Abdul Majid (1839-1861) dengan perdana menteri Rasyid Pasya. Tanzimat  berarti peraturan dan perundang-undangan baru. Diantara beberapa peraturan perundang-undangan yang dihasilkan pada masa tanzimat antara lain:
a.    Piagam Hatt-I Sherif Gulhane tahun 1839 sebagai dasar pembaharuan di bidang administrasi, perpajakan, hukum, pendidikan, kaum minoritas dan militer yang menyebabkan perang di Crimea akibat penolakan kaum ulama akibat dari  reduksi (pengurangan) peran ulama.
b.    Piagam Hatt-I Humayun ( 1856 M) yang mengakomodir hak-hak minoritas.
 Kedua piagam ini mengandung sekularasisasi dalam berbagai institusi kemasyarkatan yang mengakibatkan campur tangan negara-negara Barat dalam soal inter   kerajaan Usmani yang akhirnya  jatuhnya perekonomian negara.
3.    Usmani Muda
Diantara isi ide-ide pembaharunnya sebagai berikut:
a.    Ekonomi dan politik yang tidak beres dapat diatasi dengan merubah  sistem pemerintahan absolut menjadi pemerintahan konstitusional yang memisahkan kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif. Rakyat sebagai warga negara mempunyai hak politik .
b.    Tumbuh ide tanah air Usmani bukan tanah air Turki dengan melihat perlu adanya persatuan umat Islam di bawah pimpinan Turki Usmani yang mirip  Pan-Islamisme.
4.    Mustafa Kemal Ataturk
Mustafa Kemal lahir pada 1881 di suatu daerah di Salonika. Sering dikenal dengan nama Mustafa Kemal Pasya. Dan dikenal juga dengan Mustafa Kemal Attaturk (Bapak Bangsa Turki). Mustafa Kemal (1881-1938) mendiri­kan Negara Republik Turki di atas puing-puing reruntuhan Kekhalifahan Turki Utsmani dengan prinsip pembaharuannya: Westernisme, Sekularisme, dan Nasio­nalis­me.
a.    Nasionalisme. Ide Nasionalismenya ialah Islam telah bersatu dengan budaya Turki, sehingga Islam dapat diselaraskan dengan dunia modern. Namun turut campurnya Islam dalam segala aspek kehidupan pada bangsa dan agama akan menghambat Turki untuk maju. Agama harus dipisahkan dari negara. Konsekuensi logis dari prinsip tersebut adalah dihapusnya sistem kekhalifahan. Pemisahan antara pemerintahan dengan agama ini diterima Majelis Nasional Agung tahun 1920.
b.    Sekulerisme, sekulerisasi yang dijalankan oleh Mustafa Kemal tidak serta merta menghilangkan agama dari rakyat Turki, namun hanya melakukan pembatasan kekuasaan golongan ulama dalam soal negara dan politik. Menurutnya, Peradaban Barat dapat mengalahkan peradaban-peradaban lain bukan hanya karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya, tetapi karena keseluruhan unsurnya.
c.    Westernisme, Mustafa Kemal berpendapat bahwa Turki harus berorientasi ke Barat. Ia melihat bahwa dengan meniru barat Negara Turki akan maju. Ungkapan yang digunakan oleh Mustafa Kemal, “Kita (bangsa Turki) harus bergerak bersama zaman.” Dengan menerapkan nilai-nilai modern yang progresif dan meninggalkan segala hal yang dipandang kaku, kolot, tradisional dan berbau Utsmaniyah.
Mustafa Kemal memproklamirkan Republik Turki pada 29 Oktober 1923 dengan membentuk negara  modern dan memindahkan Ibu kota ke Ankara. Jabatan khalifah dipertahankan, tetapi hanya memiliki kewenangan spiritual. Namun tanggal 3 Maret 1924 khalifah dihapus. Peraturan dan pengadilan agama kuno segera digantikan dengan hukum perdata yang modern dan ilmiah, begitu juga sokolah agama harus diserahkan kepada pemerintah sekuler. Pada tahun 1928, negara tidak ada lagi hubungannya dengan agama.
Rezim yang berkuasa menjadi lebih sekuler ketika Islam “dinasionalisasi” pada bulan Januari 1932; al-QurĂ¡n dibaca dalam bahasa Turki, Setahun kemudian muncul kebijakan tentang azan yang berbahsa Turki. Walaupun begitu Islam tetap digalang demi tujuan-tujuan kewarganegaraan, seperti seruan agar masjid-masjid terus menyebarkan propaganda untuk mendukung perekonomian nasional. Setelah prin­sip sekulerisme dimasukkan ke dalam konstitusi di tahun 1937, Republik Turki dengan resmi menjadi negara sekuler dengan menghapus Islam sebagai agama negara tahun 1937.[9]
Mustafa kemal meninggal tahun 1938. Usaha pembaharuannya diteruskan oleh pengganti-penggantinya. Tetapi bagaimanapun rasa keagamaan yang mendalam dikalangan rakyat Turki tidak menjadi lemah dengan sekularisasi yang terjadi. Islam telah mempunyai akar yang mendalam pada masyarakat Turki, dan sulit dipisahkan dari identitas nasioal Turki. Tidak lama timbul gerakan “kembali kepada agama”. Di tahun 1949 pendidikan agama dimasukkan kembali kedalam kurikulum sekolah, setahun kemudian pendidikan agama itu dibuat bersifat wajib. Fakultas Ilahiyat yang pada tahun 1933 diubah menjadi Institut Studi Islam, dihidupkan kembali tahun 1949. Mulai tahun 1950, majalah-majalah Islam mulai muncul seperti sebil-ur Resad. Tarekat yang selama ini tetap mempunyai pegikut besar secara rahasia dikalangan petani dan buruh, mulai berani menonjolkan diri.[10]
C.    Karakteristik Islam di Turki
Banyak suku Kurdi yang berada di kawasan Turki sekarang, sehingga secara politis sering kali menjadikan konflik terutama kesalahpahaman mengenai kebijakan-kebijakan publik. Apalagi etnik Kurdi termasuk lebih banyak memilih pemahaman Islam yang konservatif sehingga upaya-upaya untuk menegakkan syariat Islam kembali senantiasa disikapi secara represif oleh pemerintah sekuler Turki.[11]
98% dari penduduk Turki diantaranya merupakan muslim yang mayoritas bermazhab sunni. Penduduk Turki banyak yang secara sadar tidak menjalankan syariat Islam sebagai akibat kebijakan sekularisasi yang diterapkan. Se­bagian besar bermukim di bagian utara Turki. Sedangkan bagian selatan Turki dikuasai oleh orang-orang Yunani, yang beragama Kristen, dan se­lebihnya adalah Yahudi.
Memang secara politis, Negara Turki mempunyai pandangan bahwa mereka adalah bagian yang tak terpisahkan dari peradaban barat, tapi secara kultural, mereka tetap mempertahankan jati diri mereka yang tak bisa terlepas dari Islam. Ideologi republik adalah sekuler sementara kalangan atasan komitmen terhadap ideologi sekuler tersebut. Kelas terdidik perkotaan dari kalangan atasan turki memandang Islam sebagai simbol keterbelakangan. Sebaliknya, tradisi Sufi-pedalaman tetap bertahan dan loyalitas keislaman masyarakat umum belum pernah tergoyahkan. Warga Turki senantiasa mengidentifikasikan diri sebagai Muslim, bahkan sepanjang periode Kemalist mereka senantiasa melaksanakan peribadatan di masjid-masjid dan di beberapa makam para wali.[12]
Walaupun Turki dinyatakan sebagai negara sekuler, Islam tetap berakar kuat di hati masyarakat Turki. Ini terbukti para petani yang hidup di pedesaan yang merupakan ¾ dari seluruh penduduk Turki tetap merupakan orang-orang muslim yang shaleh. Pengaruh Islam juga masih terlihat pada kaum buruh dan pedagang-pedagang kecil. Hal ini membuktikan bahwa sekularisasi tidak tumbuh subur di masyarakat Turki yang punya akar keIslaman yang kuat.[13]
D.    Faktor-faktor yang Memengaruhi Perkembangan Islam di Turki
Sejak awal berkenalan dengan Islam, pola-pola tradisi Persia sangat dominan bagi masyarakat Turki terutama dalam aspek-aspek kebudayaan palstis (mudah dibentuk) seperti, dalam berpikir, beretika, bersastra, dan yang jauh lebih penting dalam menjalankan pola kehidupan bersama yakni politik dan bernegara.
Melihat perkembangan selanjutnya, kawasan dan wilayah kebudayaan Turki setelah memasuki dunia Islam modern sekarang, sepertinya telah menunjukkan wajahnya yang sama sekali sangat berbeda dari tahapan perkembangan sebelumnya. Sebagian besar akibat pengaruh imperialisme Barat, dan yang paling dominan adalah bangkitnya kesadaran sejarah baru dikalangan mereka sendiri untuk mewujudkan eksistensinya pada pangung dunia dalam berbagai bentuk negara republik dan nasionalisme (lokal)nya.[14]
Tekanan ekonomi dan politik pasca perang meimbulkan bangkitnya sejumlah gerakan dan partai yang komitmen terhadap re-Islamisasi negara dan masyarakat. Diantara yang paling besar adalah gerakan Said Nursi, yang didirikan oleh mubaligh dan penulis, yakni penulis the Risale-i Nur (pancaran cahaya), yang meraih pengaruh besar sebagai gerakan bawah tanah di Turki sekalipun pemerintah berusaha keras melawan dan menghukum Said Nursi lantaran agitasi keagamaan.[15]
Mengenai potensi Turki sekarang dapat dipahami bahwa lebih dari separuh wilayah Turki adalah pegunungan. Sungai Eufrat dan Tigris yang pernah menjadi pusat peradaban dunia juga melintasi wilayah ini. Sejumlah potensi sumber daya alam tersedia dalam deposit yang melimpah. Salah satu produksinya yang terbesar didunia adalah kromit, selain itu juga batu bara, tembaga, lignit, minyak dan gas bumi. Dengan bantuan barat, industri di Turki berkembang pesat, namun sektor pertaniannya tak ketinggalan dengan tingkat penyerapan tenaga kerja mencapai 60 %.[16]
IV.   PENUTUP
A.    Simpulan
B.     Kritik dan Saran
Demikian makalah yang kami buat. Dengan harapan semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran sangat diperlukan demi kemaslahatan kita semua. Dan semoga kita bisa mengambil hikmahnya.

DAFTAR PUSTAKA
A.G. Pringgoodigdo, Ensiklopedi Umum, (Yogyakarta: Kanisius, Cet.20, 2012)
Ahmad Al- Usairy,Sejarah Islam sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, (Jakarta: Akbar Media Eka Aksara, 2008)
Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam Perspektif Etno-Linguistik dan Geo-Politik, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009)
Harun nasution, Pembaharuan dalam Islam, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1975)
Ira. M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999)
Machfud Syaefudin, Khafidi dkk, Dinamika Peradaban Islam Perspektif Historis, (Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2013)
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas





[1] A.G. Pringgoodigdo, Ensiklopedi Umum, (Yogyakarta: Kanisius, Cet.20, 2012), hlm. 1130
[2] Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
[3] Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam Perspektif Etno-Linguistik dan Geo-Politik, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 231
[4] Ahmad Al- Usairy,Sejarah Islam sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, (Jakarta: Akbar Media Eka Aksara, 2008), hlm. 493-494
[5] Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam Perspektif Etno-Linguistik dan Geo-Politik,...hlm. 229-230
[6] Ahmad Al- Usairy,Sejarah Islam sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX,...hlm. 494
[7] Machfud Syaefudin, Khafidi dkk, Dinamika Peradaban Islam Perspektif Historis, (Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2013) , hlm. 191-200
[8] Ira. M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, ...hlm. 72
[10] Harun nasution, Pembaharuan dalam Islam, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1975), hlm. 145-146
[11] Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam Perspektif Etno-Linguistik dan Geo-Politik,...hlm. 231
[12] Ira. M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), hlm. 96-97
[14] Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam Perspektif Etno-Linguistik dan Geo-Politik,...hlm. 228-229
[15] Ira. M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam,...hlm. 97
[16] Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam Perspektif Etno-Linguistik dan Geo-Politik,...hlm. 231-232

Tidak ada komentar:

Posting Komentar