ISLAM
DI TURKI
MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah : Geografi Islam
Dosen pengampu : Dr. H. Ruswan,
M. A
Disusun Oleh :
Kelompok
5, PAI-6A
Subur Haryanto (113111021)
Ummu Hanifah (113111022)
A. Nasiruddin Al
Bani (113111024)
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
ISLAM DI TURKI
I. PENDAHULUAN
Masyarakat Indonesia mengenal
Turki sebagai suatu negara berpenduduk mayoritas muslim. Kita juga mengenal
Turki sebagai bangsa yang pernah memimpin dunia Islam selama kurang lebih tujuh
ratus tahun, dari permulaan abad ke-13 hingga jatuhnya Kekhalifahan Utsmani
pada awal abad ke-20.
Fenomena kehidupan masyarakat
Turki menjadi menarik ketika negara yang
berdiri tahun 1923 itu menyatakan diri sebagai
sebuah negara sekuler. Islam, yang telah berfungsi sebagai agama dan sistem
hidup bermasyarakat dan bernegara selama lebih dari tujuh abad, dijauhkan
peranannya dan digantikan oleh sistem Barat. Namun sekalipun secara struktural
Turki dikuasai oleh rezim sekuler, masyarakat dengan ideologi Islam tidak
pernah benar-benar hilang. Mereka bergerak di bawah tanah menjadi kekuatan
kultural, yang setiap saat bisa muncul. Karena itu Turki adalah sebuah kasus
yang sangat unik dalam studi politik dunia.
Maka dalam makalah
ini akan dibahas tentang Negara Turki itu sendiri, yang melipurti keadaan
geografisnya, sejarah perkembangan Islamnya, karakteristik Islam disana, dan
juga faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan Islam di Turki.
II. RUMUSAN
MASALAH
A. Bagaimana
keadaan geografis Negara Turki?
B. Bagaimana
sejarah perkembangan Islam di Turki?
C. Apa saja
karakteristik Islam di Turki?
D. Apa saja
faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan Islam di Turki?
III. PEMBAHASAN
A. Keadaan
Geografis Negara Turki
Profil Negara Turki [1]
Nama Negara : Turki
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan : Parlementer
Ibu Kota Negara : Ankara
Bahasa Nasional : Bahasa Turki, sebagian berbahasa
Kurdi, Arab, dan Yunani
Hari Kemerdekaan : 29 Oktober
1923 M
Luas Negara : 780.580 km² (38% padang
rumput, 29% dapat ditanami)
Jumlah Penduduk : 76.667.864 orang (tahun 2013)[2]
Mata Uang :Lira Turki
Letak Geografis : Negara Turki berada diantara dua
benua yaitu di Asia Kecil dan Eropa Tenggara dimana 95%-nya berada di Asia
dengan batas batas:
Barat : dibatasi oleh laut Aegea
Barat
laut : Yunani dan Bulgaria
Utara : Laut Hitam
Timur
laut : Rusia
Timur : Iran
Selatan : Irak, Syiria, dan Laut Tengah
Sebelum runtuhnya sistem
kesultanan Utsmaniyah pasca perang dunia I pada
tahun 1918, geopolitik Turki mencakup dan meliputi area wilayah yang sangat
luas. Sejak munculnya imperialisme Eropa seluruh wilayah Turki yang meliputi
kawasan-kawasan Afrika Utara, Asia Barat termasuk sebagian Eropa Timur sedikit
demi sedikit mulai dilepaskan. Kekuatan Eropa terutama Inggris dan Perancis,
memaksa bagian-bagian kawasan Arab untuk dilepaskan oleh Turki. Ketika kemudian
menjadi negara republik Turki, batas-batas wilayahnya hanya sebagian kecil dari
Eropa dan Asia, seperti disebutkan di atas.[3]
B. Sejarah
Perkembangan Islam di Turki
Sejarah Islam di Turki dapat
dibagi menjadi tiga periode:
1. Masuknya
Islam di Turki
Sebelum Islam, Asia Kecil
mengikuti kekaisaran Bizantium. Pada tahun 6 H Rasulullah mengirimkan surat
kepada raja negeri ini, menyuruh mereka untuk masuk Islam. Lalu Raja negeri itu
menulis surat kepada kaisar romawi. Raja negeri itu manyaksikan bahwa kaisar
memiliki kecenderungan kepada Islam, sekalipun ia memperoleh perlawanan dari
gereja dan pembesar kerajaan. Islam tersebar diseluruh Asia kecil lewat tangan mereka.[4]
2. Era Pemerintahan
Utsmaniyah (699-1342H/ 1299-1923M)
Pada abad ke-12 M umat Islam
dibawah bimbingan dinasti Abbasiyah dengan menggunakan kekuatan orang-orang
Turki di bawah komando Ertugral dan anaknya yang bernama Utsman, akhirnya dapat
merebut wilayah ini (Asia Kecil), sekaligus dinasti Abbasiyah memercayakan dan
menghadiahkan pemerintahannya kepada mereka. Pada abad ke-13 M berdirilah
dinasti Utsmaniyah denagn Utsman bin Ertugral sebagai pengusa pertamanya.[5]
Pemerintahan Turki Utsmani
berdiri selama 643 tahun denagn 36 orang sultan yang memimpin. Kemenangan
terbesar mereka adalah menakhlukkan konstantinopel di tangan Sultan Muhammad II
(Al-Fatih) pada Tahun 857H/ 1453M, yang merupakan ibu kota kekaisaran
Bizantium. Kemudian kota ini menjadi pusat khalifah Islamiyah dan diganti
namanya menjadi Istanbul.[6]
Sedangkan masa keemasan Turki
Utsmani adalah pada abad ke-16. Pada tahun 1517 M, Sultan Salim merebut Mesir
dari pemerintahan Mamalik yang sudah lemah. Pada Tahun 1526 M, Sultan Sulaiman
yang agung menundukkan sebagian besar Hungaria dibawah pemerintahan Turki
Utsmani selama satu setengah abad lebih. Selain dibidang Militer atau ekspansi
kerajaan, banyak kemajuan peradaban yang pernah ditorehkan pada masa Dinasti
Utsmani, diantaranya dalam bidang pemerintahan, agama dan budaya, bidang
intelektual, sastra dan bahasa, seni dan arsitektur. [7]
3. Era Turki
Modern
Pada
akhir abad 18, imperium Utsmani tidak mampu lagi mempertahankan dirinya menghadapi perkembanagan kekuatan
militer Eropa. Pada akhir abad 19, adalah pembentukan negara Turki modern,
pertimbangan utamanya adalah kontinuitas bentuk kesejarahan institusional dan
kultural.[8] Diantara tokoh-tokoh pembaharuan di Turki adalah Sultan
Mahmud II, Tanzimat, Kelompok Usmani Muda, Turki muda, dan Mustafa Kemal.
1.
Sultan Mahmud II
Pada tahun 1826 Sultan Mahmud II mengadakan penghapusan wazir
agung diganti dengan perdana menteri, pembaharuan sistem hukum yang
memberlakukan hukum sekuler di samping hukum syari’ah, dan pembaharuan di
bidang pendidikan dengan membentuk sekolah umum dan sekolah sastra.
2.
Tanzimat
Gerakan pembaharuan ini dilakukan oleh
Abdul Majid (1839-1861) dengan perdana menteri Rasyid Pasya. Tanzimat berarti
peraturan dan perundang-undangan baru. Diantara beberapa peraturan
perundang-undangan yang dihasilkan pada masa tanzimat antara lain:
a. Piagam
Hatt-I Sherif Gulhane tahun 1839 sebagai dasar pembaharuan di bidang
administrasi, perpajakan, hukum, pendidikan, kaum minoritas dan militer yang
menyebabkan perang di Crimea akibat penolakan kaum ulama akibat dari
reduksi (pengurangan) peran ulama.
b. Piagam
Hatt-I Humayun ( 1856 M) yang mengakomodir hak-hak minoritas.
Kedua piagam ini mengandung sekularasisasi
dalam berbagai institusi kemasyarkatan yang mengakibatkan campur tangan
negara-negara Barat dalam soal inter kerajaan Usmani yang
akhirnya jatuhnya perekonomian negara.
3.
Usmani Muda
Diantara isi ide-ide pembaharunnya
sebagai berikut:
a.
Ekonomi dan politik yang tidak beres
dapat diatasi dengan merubah sistem pemerintahan absolut menjadi
pemerintahan konstitusional yang memisahkan kekuasaan eksekutif, legislatif dan
yudikatif. Rakyat sebagai warga negara mempunyai hak politik .
b.
Tumbuh ide tanah air Usmani bukan tanah
air Turki dengan melihat perlu adanya persatuan umat Islam di bawah pimpinan
Turki Usmani yang mirip Pan-Islamisme.
4.
Mustafa Kemal Ataturk
Mustafa Kemal lahir pada 1881 di suatu
daerah di Salonika. Sering dikenal dengan nama Mustafa Kemal Pasya. Dan dikenal
juga dengan Mustafa Kemal Attaturk (Bapak Bangsa Turki). Mustafa Kemal (1881-1938) mendirikan
Negara Republik Turki di atas puing-puing reruntuhan Kekhalifahan Turki Utsmani
dengan prinsip pembaharuannya: Westernisme, Sekularisme, dan Nasionalisme.
a.
Nasionalisme. Ide Nasionalismenya ialah
Islam telah bersatu dengan budaya Turki, sehingga Islam dapat diselaraskan
dengan dunia modern. Namun turut campurnya Islam dalam segala aspek kehidupan
pada bangsa dan agama akan menghambat Turki untuk maju. Agama harus dipisahkan
dari negara. Konsekuensi logis dari prinsip tersebut adalah dihapusnya sistem
kekhalifahan. Pemisahan antara pemerintahan dengan agama ini diterima Majelis
Nasional Agung tahun 1920.
b.
Sekulerisme, sekulerisasi yang
dijalankan oleh Mustafa Kemal tidak serta merta menghilangkan agama dari rakyat
Turki, namun hanya melakukan pembatasan kekuasaan golongan ulama dalam soal
negara dan politik. Menurutnya, Peradaban Barat dapat mengalahkan
peradaban-peradaban lain bukan hanya karena kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologinya, tetapi karena keseluruhan unsurnya.
c.
Westernisme, Mustafa Kemal berpendapat
bahwa Turki harus berorientasi ke Barat. Ia melihat bahwa dengan meniru barat
Negara Turki akan maju. Ungkapan yang digunakan oleh Mustafa Kemal, “Kita
(bangsa Turki) harus bergerak bersama zaman.” Dengan menerapkan nilai-nilai
modern yang progresif dan meninggalkan segala hal yang dipandang kaku, kolot,
tradisional dan berbau Utsmaniyah.
Mustafa Kemal memproklamirkan Republik
Turki pada 29 Oktober 1923 dengan membentuk negara modern dan memindahkan
Ibu kota ke Ankara. Jabatan khalifah dipertahankan, tetapi hanya memiliki
kewenangan spiritual. Namun
tanggal 3 Maret
1924 khalifah dihapus. Peraturan dan pengadilan agama kuno segera digantikan
dengan hukum perdata yang modern dan ilmiah, begitu juga sokolah agama harus
diserahkan kepada pemerintah sekuler. Pada
tahun 1928, negara tidak ada lagi hubungannya dengan agama.
Rezim yang berkuasa menjadi lebih
sekuler ketika Islam “dinasionalisasi” pada bulan Januari 1932; al-QurĂ¡n dibaca
dalam bahasa Turki, Setahun kemudian muncul kebijakan tentang azan yang
berbahsa Turki. Walaupun begitu Islam tetap digalang demi tujuan-tujuan
kewarganegaraan, seperti seruan agar masjid-masjid terus menyebarkan propaganda
untuk mendukung perekonomian nasional.
Setelah prinsip sekulerisme dimasukkan ke dalam konstitusi di tahun 1937,
Republik Turki dengan resmi menjadi negara sekuler
dengan menghapus Islam sebagai agama negara tahun 1937.[9]
Mustafa kemal meninggal tahun 1938. Usaha
pembaharuannya diteruskan oleh pengganti-penggantinya. Tetapi bagaimanapun rasa
keagamaan yang mendalam dikalangan rakyat Turki tidak menjadi lemah dengan
sekularisasi yang terjadi. Islam telah mempunyai akar yang mendalam pada
masyarakat Turki, dan sulit dipisahkan dari identitas nasioal Turki. Tidak lama
timbul gerakan “kembali kepada agama”. Di tahun 1949 pendidikan agama
dimasukkan kembali kedalam kurikulum sekolah, setahun kemudian pendidikan agama
itu dibuat bersifat wajib. Fakultas Ilahiyat yang pada tahun 1933 diubah
menjadi Institut Studi Islam, dihidupkan kembali tahun 1949. Mulai tahun 1950,
majalah-majalah Islam mulai muncul seperti sebil-ur Resad. Tarekat yang
selama ini tetap mempunyai pegikut besar secara rahasia dikalangan petani dan
buruh, mulai berani menonjolkan diri.[10]
C. Karakteristik
Islam di Turki
Banyak suku Kurdi
yang berada di kawasan Turki sekarang, sehingga secara politis sering kali
menjadikan konflik terutama kesalahpahaman mengenai kebijakan-kebijakan publik.
Apalagi etnik Kurdi termasuk lebih banyak memilih pemahaman Islam yang
konservatif sehingga upaya-upaya untuk menegakkan syariat Islam kembali
senantiasa disikapi secara represif oleh pemerintah sekuler Turki.[11]
98% dari penduduk
Turki diantaranya merupakan muslim yang mayoritas bermazhab sunni.
Penduduk Turki banyak yang secara sadar tidak menjalankan syariat Islam sebagai
akibat kebijakan sekularisasi yang diterapkan. Sebagian besar bermukim di bagian utara Turki.
Sedangkan bagian selatan Turki dikuasai oleh orang-orang Yunani, yang beragama
Kristen, dan selebihnya adalah Yahudi.
Memang secara
politis, Negara Turki mempunyai pandangan bahwa mereka adalah bagian yang tak terpisahkan dari peradaban barat, tapi secara kultural, mereka tetap
mempertahankan jati diri mereka yang tak bisa terlepas dari Islam. Ideologi
republik adalah sekuler sementara kalangan atasan komitmen terhadap ideologi
sekuler tersebut. Kelas terdidik perkotaan dari kalangan atasan turki memandang
Islam sebagai simbol keterbelakangan. Sebaliknya, tradisi Sufi-pedalaman tetap
bertahan dan loyalitas keislaman masyarakat umum belum pernah tergoyahkan.
Warga Turki senantiasa mengidentifikasikan diri sebagai Muslim, bahkan
sepanjang periode Kemalist mereka senantiasa melaksanakan peribadatan di
masjid-masjid dan di beberapa makam para wali.[12]
Walaupun Turki
dinyatakan sebagai negara sekuler, Islam tetap berakar kuat di hati masyarakat
Turki. Ini terbukti para petani yang hidup di pedesaan yang merupakan ¾ dari
seluruh penduduk Turki tetap merupakan orang-orang muslim yang shaleh. Pengaruh
Islam juga masih terlihat pada kaum buruh dan pedagang-pedagang kecil. Hal ini
membuktikan bahwa sekularisasi tidak tumbuh subur di masyarakat Turki yang
punya akar keIslaman yang kuat.[13]
D. Faktor-faktor
yang Memengaruhi Perkembangan Islam di Turki
Sejak awal berkenalan
dengan Islam, pola-pola tradisi Persia sangat dominan bagi masyarakat Turki
terutama dalam aspek-aspek kebudayaan palstis (mudah dibentuk) seperti,
dalam berpikir, beretika, bersastra, dan yang jauh lebih penting dalam
menjalankan pola kehidupan bersama yakni politik dan bernegara.
Melihat perkembangan selanjutnya,
kawasan dan wilayah kebudayaan Turki setelah memasuki dunia Islam modern
sekarang, sepertinya telah menunjukkan wajahnya yang sama sekali sangat berbeda
dari tahapan perkembangan sebelumnya. Sebagian besar akibat pengaruh
imperialisme Barat, dan yang paling dominan adalah bangkitnya kesadaran sejarah
baru dikalangan mereka sendiri untuk mewujudkan eksistensinya pada pangung
dunia dalam berbagai bentuk negara republik dan nasionalisme (lokal)nya.[14]
Tekanan ekonomi dan
politik pasca perang meimbulkan bangkitnya sejumlah gerakan dan partai yang
komitmen terhadap re-Islamisasi negara dan masyarakat. Diantara yang paling
besar adalah gerakan Said Nursi, yang didirikan oleh mubaligh dan penulis,
yakni penulis the Risale-i Nur (pancaran cahaya), yang meraih pengaruh
besar sebagai gerakan bawah tanah di Turki sekalipun pemerintah berusaha keras
melawan dan menghukum Said Nursi lantaran agitasi keagamaan.[15]
Mengenai potensi
Turki sekarang dapat dipahami bahwa lebih dari separuh wilayah Turki adalah
pegunungan. Sungai Eufrat dan Tigris yang pernah menjadi pusat peradaban dunia
juga melintasi wilayah ini. Sejumlah potensi sumber daya alam tersedia dalam
deposit yang melimpah. Salah satu produksinya yang terbesar didunia adalah
kromit, selain itu juga batu bara, tembaga, lignit, minyak dan gas bumi. Dengan
bantuan barat, industri di Turki berkembang pesat, namun sektor pertaniannya
tak ketinggalan dengan tingkat penyerapan tenaga kerja mencapai 60 %.[16]
IV. PENUTUP
A. Simpulan
B. Kritik
dan Saran
Demikian makalah yang kami buat.
Dengan harapan semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak. Kami menyadari masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran
sangat diperlukan demi kemaslahatan kita semua. Dan semoga kita bisa mengambil
hikmahnya.
DAFTAR PUSTAKA
A.G.
Pringgoodigdo, Ensiklopedi Umum, (Yogyakarta: Kanisius, Cet.20, 2012)
Ahmad Al-
Usairy,Sejarah Islam sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, (Jakarta:
Akbar Media Eka Aksara, 2008)
Ajid Thohir, Studi
Kawasan Dunia Islam Perspektif Etno-Linguistik dan Geo-Politik, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2009)
Harun nasution, Pembaharuan
dalam Islam, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1975)
http://banyugroup.blogspot.com/2011/10/makalah-gerakan-kebangkitan-dan.html diakses pada 28 Maret 2014 pukul 7:45 WIB
Ira. M. Lapidus,
Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999)
Machfud
Syaefudin, Khafidi dkk, Dinamika Peradaban Islam Perspektif Historis, (Yogyakarta:
Pustaka Ilmu, 2013)
Wikipedia bahasa
Indonesia, ensiklopedia bebas
[1] A.G. Pringgoodigdo, Ensiklopedi
Umum, (Yogyakarta: Kanisius, Cet.20, 2012), hlm. 1130
[2] Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas
[3] Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia
Islam Perspektif Etno-Linguistik dan Geo-Politik, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2009), hlm. 231
[4] Ahmad Al- Usairy,Sejarah
Islam sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, (Jakarta: Akbar Media Eka
Aksara, 2008), hlm. 493-494
[5] Ajid Thohir, Studi Kawasan
Dunia Islam Perspektif Etno-Linguistik dan Geo-Politik,...hlm. 229-230
[6] Ahmad Al- Usairy,Sejarah
Islam sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX,...hlm. 494
[7] Machfud Syaefudin, Khafidi dkk, Dinamika
Peradaban Islam Perspektif Historis, (Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2013) ,
hlm. 191-200
[8] Ira. M. Lapidus, Sejarah
Sosial Umat Islam, ...hlm. 72
[9] http://banyugroup.blogspot.com/2011/10/makalah-gerakan-kebangkitan-dan.html diakses pada 28 Maret 2014 pukul 7:45 WIB
[10] Harun nasution, Pembaharuan
dalam Islam, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1975), hlm. 145-146
[11] Ajid Thohir, Studi Kawasan
Dunia Islam Perspektif Etno-Linguistik dan Geo-Politik,...hlm. 231
[12] Ira. M. Lapidus, Sejarah
Sosial Umat Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), hlm. 96-97
[13] http://banyugroup.blogspot.com/2011/10/makalah-gerakan-kebangkitan-dan.html diakses pada 28 Maret 2014 pukul 7:45 WIB
[14] Ajid Thohir, Studi Kawasan
Dunia Islam Perspektif Etno-Linguistik dan Geo-Politik,...hlm. 228-229
[15] Ira. M. Lapidus, Sejarah
Sosial Umat Islam,...hlm. 97
[16] Ajid Thohir, Studi Kawasan
Dunia Islam Perspektif Etno-Linguistik dan Geo-Politik,...hlm. 231-232
Tidak ada komentar:
Posting Komentar