TEORI SIFAT KEPEMIMPINAN DAN PERSPEKTIF ISLAM
Makalah
Disusun Guna
Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Kepemimpinan dan
Perilaku Organisasi
Dosen Pengampu
:
Dr. Fahrurrozi, M.Ag
Disusun oleh :
1.
Asma’ul
Khoiriyah (1500128005)
2.
Ummu
Hanifah (1500128013)
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
WALISONGO
SEMARANG
2016
Teori Sifat Kepemimpinan dan Perspektif Islam
I.
PENDAHULUAN
Pada prinsipnya menurut Islam setiap orang adalah pemimpin. Ini
sejalan dengan fungsi dan peran manusia di muka bumi sebagai khalifahtullah,
yang diberi tugas untuk senantiasa mengabdi dan beribadah kepada-Nya. Kepemimpinan
adalah urusan semua orang (leadreship is every body’s bisnis) karena
setiap manusia adalah pemimpin, minimal memimpin dirinya sendiri serta
bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Kepemimpinan merupakan salah satu
faktor yang sangat berperan dalam organisasi, baik buruknya organisasi sebagian
besar tergantung pada faktor pemimpin.
Beberapa teori berusaha menjawab tentang kemungkinan seseorang
disebut sebagai pemimpin. Penelitian mengenai konsep kepemimpinan berkembang
dengan pesat di negara-negara maju baik di Eropa maupun di Amerika Serikat.
Penelitian mengenai konsep kepemimpinan ini menjadi tugas utama para psikolog
dan ahli-ahli ilmu sosial lai seperi sosiolog, antropolog dalam menjawab
berbagai tantangan yang dihadapi para penguasa industri untuk mendapatkan
seorang manajer yang dapat mencapai tujuan organisasi secara efektif dan
efisien.
Dari berbagai penelitian ini lahirlah teori-teori kepemimpinan,
yang masing-masing teori itu mengutamakan sudut pandang atau pendekatannya
sesuai dengan tujuan penelitiannya. Diantara teori-teori kepemimpinan tersebut
ada salah satunya adalah teori sifat kepemimpinan. Pada makalah ini akan
membahas tentang perkembangan teori sifat, karakteristik sifat, pemimpin yang
efektif, dan juga sifat pemimpin dalam
Islam.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Bagaimana
perkembangan teori sifat kepemimpinan?
B.
Bagaimana
karakteristik sifat kepemimpinan?
C.
Bagaimana
pemimpin yang efektif?
D.
Bagaimana
sifat pemimpin dalam Islam?
III.
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan Teori Sifat Kepemimpinan
Teori awal tentang sifat-sifat pemimpin dapat ditelusuri kembali
sejak zaman Yunani Kuno dan Roma. Ketika itu orang percaya bahwa pemimpin itu
dilahirkan (leader are born), bukan diciptakan atau dipelajari. Teori itu
disebut teori The Great Man. Menurut teori ini, jika seseorang
dilahirkan menjadi pemimpin maka ia akan menjadi pemimpin.[1] Yang
dimaksud dengan “sifat” adalah rupa dan keadaan yang tampak pada suatu benda.
Dan yang dimaksud dengan teori sifat disini adalah keberhasilan seorang
pemimpin ditentukan sekali oleh sifat-sifat, baik secara fisik maupun
psikologis yang dimilikinya.[2]
Orang-orang yang percaya pada teori sifat menyatakan bahwa para
pemimpin dianugerahi sifat-sifat yang lebih unggul, sehingga menyebabkan
pemimpin tersebut berbeda dengan orang lain. seorang pemimpin memiliki
sifat-sifat yang unggul dan mampu membawa orang lain pada suatu kondisi
tertentu.[3]
Dari awal tahun penelitian kepemimpinan, sebagian besar dari agenda
penelitian adalah tentang sifat para pemimpin. Sebagian besar fokus pada tahun
1950an.[4] Studi pendekatan sifat (Trait Approach)
didukung dengan perkembangan cepat percobaan-percobaan psikologi selama periode
1920-1950.[5] Catatan
kepustakaan Stogdill tahun 1948 menyatakan sebagian besar penelitian
kepemimpinan adalah mempelajari sifat, namun psikolog industri tertarik dalam meningkatkan
pemilihan manajer sehingga diselenggarakan penelitian sifat. Pada tahun 1974,
Stogdill mencatat terdapat 163 penelitian
sifat dari tahun 1949 sampai 1970. Banyak sifat yang sama ditemukan lagi
berhubungan dengan pemimpin yang efektif, tetapi beberapa tambahan sifat dan
kemampuan relevan juga ditemukan.[6]
Teori sifat menyarankan bahwa kita dapat menilai kepemimpinan atau
seorang pimpinan secara efektif dengan mempertimbangkan sifat kepribadian
tertentu, sifat sosial, dan karakteristik fisik. Populer pada 1940 dan 1950,
teori sifat mencoba meramalkan individu yang akan sukses menjadi para pemimpin melalui
sifat-sifatnya seperti kejujuran dan integritas, keyakinan diri, kemampuan
teoritis, dan pengetahuan atau wawasan mereka. Bahkan penilaian sifat berbeda negara
maka berbeda pula sifatnya; antara lain, pemimpin U.S. dan para pemimpin
Britania menghargai kepanjangan daya akal; Jepang memakai intuisi; dan Belanda
menggunakan imajinasi.[7]
B.
Karakteristik Sifat Kepemimpinan
Pemimpin pada hakikatnya adalah seseorang yang mempunyai kemampuan
untuk memengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan
kekuasaan. Teori sifat berpendapat bahwa seorang pemimpin dikenal melalui
sifat-sifat pribadinya. Seorang pemimpin pada umumnya ditentukan oleh
sifat-sifat jasmaniah dan rohaniahnya.[8]
Berdasarkan hasil studi selama periode 1920 - 1950, ada tiga macam sifat
pribadi seorang pemimpin yang meliputi:
1.
Ciri-ciri
fisik (physical characteristics)
Seperti: tinggi
badan, penampilan, energi
2.
Ciri
Kepribadian (personality)
Seperti:
- Menjunjung tinggi harga diri (self esteem)
- Berpengaruh (dominant)
- Stabilitas emosi
3.
Ciri
Kemampuan/ kecakapan (ability)
Seperti:
- Kecerdasan umum (general intellegence)
- Lancar berbicara (verbal fluence)
- Keaslian (Originality)
- Wawasan sosial (social insight)[9]
Sifat-sifat
pemimpin atau karakteristik pemimpin menurut Bernard M. Bass meliputi: (1)
fisik, (2) latar belakang sosial, (3) kecerdasan dan kemampuan, (4)
kepribadian, (5) berorientasi tugas, (6) sosial.[10]
Dalam kaitannya dengan ciri-ciri pemimpin, Gerungan menyatakan
bahwa setiap pemimpin sekurang-kurangnya memiliki tiga ciri, yaitu:
keseimbangan penglihatan sosial, kecakapan berpikir abstrak, dan keseimbangan
emosi. Masih mengacu dengan karakteristik pemimpin dikemukakan oleh:
1.
H. Fayol: sehat, cerdas,
setia, jujur, berpendidikan, dan berpengalaman.
2.
GR. Terry: kekuatan,
kestabilan emosi, kemampuan hubungan manusiawi, dorongan pribadi, keterampilan
berkomunikasi, kecakapan mengajar, kecakapan bergaul, dan kemampuan teknis.
3.
Ordwey Teed: penuh energi,
semangat mencapai tujuan, memiliki gairah kerja, ramah, jujur, punya keahlian
teknis, mampu mengambil keputusan, cerdas, punya keahlian mengajar, punya
keyakinan.
4.
Koontz O’Donnell: kecerdasan
di atas yang dipimpin, punya perhatian terhadap kepentingan menyeluruh,
kelancaran berbicara, mantap berpikir dan emosi dorongan pribadi, memahami
pentingnya kerja sama.
5.
Arifin Abdoelrachman, menurutnya
ada tiga sifat pokok:
a.
Sifat
pokok I (umum): adil,suka melindungi, penuh inisiatif, daya tarik, percaya
diri.
b.
Sifat
pokok II (khusus) karena berbeda tempat, misalnya: seorang pemimpin di Amerika,
Inggris, Indonesia sifat-sifatnya berlainan karena lingkungannya.
c.
Sifat
pokok III (perbedaan jenis pekerjaan), misalnya: pemimpin pendidikan dengan
pemimpin militer berbeda.[11]
John
M. Burger dalam “Intelligent Leadership” menyatakan bahwa sifat pemimpin yang
pokok ada tiga, yaitu: berpikiran terbuka, fleksibel, serta tekun
dan optimis. Para pemimpin yang paling sukses memiliki tiga sifat ini
dan mungkin ini yang menjadi alasan mengapa mereka menjadi para pemimpin sukses
lebih cepat dibanding orang lain yang belajar bagaimana caranya menjadi
pemimpin.[12]
C.
Pemimpin yang Efektif
Jacobs & Jacques mendefinisikan kepemimpinan
sebagai sebuah proses memberi arti (pengarahan yang berarti) terhadap usaha
kolektif, dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang
diinginkan untuk mencapai sasaran.[13]
Penelitian tentang kepemimpinan efektif dan tidak efektif
mengemukakan bahwa pemimpin yang efektif tidak didasarkan pada sifat manusia
tertentu, tetapi terletak pada seberapa jauh sifat seorang pemimpin dapat
mengatasi keadaan yang dihadapinya. Sifat-sifat yang dimiliki oleh pemimpin yang
efektif antara lain adalah K11, yaitu ketaqwaan, kejujuran, kecerdasan,
keikhlasan, kesederhanaan, keluasan pandangan, komitmen, keahlian, keterbukaan,
keluasan hubungan sosial, kedewasaan, dan keadilan.[14]
Terdapat prediksi sifat pemimpin efektif dalam Leadership in
Organization, diantaranya adalah sebagai berikut:[15]
Traits Predicting Leadership Effectiveness
|
· High Energy Level and Stress Tolerance
· Self-confidence
· Internal Locus of Control Orientation
· Emotional Maturity
· Personal Integrity
· Socialized Power Motivation
· Moderately High Achievement Orientation
·
Need for Affiliation
|
Hasil
penelitian Ghaselli terhadap 300 manajer dari 90 lembaga berbeda di Amerika
Serikat menemukan enam sifat kepemimpinan efektif, yaitu:
1.
Kebutuhan
mencapai hasil: bertanggung jawab, kerja keras untuk sukses.
2.
Intelegensi:
menggunakan pertimbangan yang matang, mempunyai alasan yang jelas dan kemampuan
berpikir.
3.
Mampu
mengambil keputusan: dapat mengambil keputusan yang sulit tanpa ragu-ragu.
4.
Inisiatif:
dimulai dari diri sendiri, melakukan pekerjaan dengan baik, dengan pengawasan
yang minimal.
5.
Kemampuan
supervisi: dapat bekerja sama bersama orang lain.[16]
Sifat-sifat kepemimpinan efektif yang dikemukakan sejumlah ahli
diatas pada umumnya hampir sama, hanya berbeda dalam jumlah dan pemilihan kata
saja.
Kelemahan dari pendekatan sifat ini adalah ternyata banyak
sifat-sifat pemimpin yang efektif saling bertentangan. Misalnya pemimpin yang
efektif harus tegas tetapi luwes, harus adil tetapi toleran, harus besar-tinggi
tetapi Napoleon kecil dan tingginya termasuk rendah untuk ukuran orang Prancis
yaitu 1,60 m, harus mampu bekerja sama tetapi mampu bersaing, dan sebagainya.[17]
Kekurangan yang lain adalah pada pendekatan
teori sifat ini tidak mampu menjelaskan bahwa ada orang-orang yang lebih cerdas
dibanding pemimpin, tetapi tidak menjadi pemimpin. kepemimpinan yang dimiliki
oleh seseorang itu adalah gabungan antara sifat-sifat yang baik atau
bakat-bakat yang dibawa sejak dari kecil, yang terintegrasikan dengan
pengalamannya dalam memimpin sebuah lembaga atau organisasi (berkesempatan
menjadi pemimpin).[18]
D.
Sifat Pemimpin dalam Islam
Dalam
pandangan Islam kepemimpinan tidak jauh
berbeda dengan model kepemimpinan pada umumnya. Kepemimpinan
dalam Islam pertama kali
dicontohkan oleh Rasulullah SAW, kepemimpinan Rasulullah tidak bisa dipisahkan
dengan fungsi kehadirannya sebagai pemimpin spiritual dan masyarakat.
Sifat-sifat para pemimpin menurut Islam seperti halnya 4 sifat Rasulullah
antara lain sebagai berikut:
1.
Sidiq
(jujur) seorang pemimpin harus benar dalam perkataannya maupun
perbuatannya.
2.
Amanah
(dapat dipercaya), posisi pemimpin adalah titipan Allah dan harus
dipertanggungjawabkan di dunia dan di akhirat.
3.
Tabligh
(menyampaikan), yaitu mengajak pada kebaikan dan menjauhi
kejahatan.
4.
Fathonah (cerdas), seorang pemimpin hendaknya memiliki kecerdasan
intelektual, sosial, emosional, maupun spiritual.[19]
Di dalam Al-Qur’an kepemimpinan diungkapkan dengan
berabagai macam istilah antara lain khalifah, Imam, Uli al-Amri, dan
masih banyak lagi yang lainnya. Seperti kata khalifah dalam firman Allah
dalam QS. Al Baqarah: 30.
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."
mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami
Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan
berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."(QS.
Al-Baqarah: 30)[20]
Terjemahan
ayat diatas mengisyaratkan bahwa khalifah (yang berarti pengganti, pemimpin,
atau penguasa) adalah pemegang mandat Allah SWT untuk mengemban amanah dan
kepemimpinanan di muka bumi. Dan bentuk protes ketidakpercayanya Malaikat bahwa
manusia akan bisa memegang suatu amanat yang Allah berikan untuk menjaga bumi.
Jika seorang pemimpin menjunjung tinggi kejujuran, maka tidak perlu dibentuk
suatu badan KPK, karena tidak ada lagi korupsi yang terjadi.
Dan pokok
dari kepemimpinan dalam Islam bahwa seorang pemimpin merupakan ulil amri
yang wajib ditaati. Seperti dalam Al-Qur’an yang artinya ”Hai orang-orang
yang beriman, ta`atilah Allah SWT dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di
antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah SWT (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah SWT dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS An-Nisa: 59). Inti dari ayat
tersebut menunjukan ketaatan kepada ulil
amri (pemimpin) harus dalam rangka ketaatan kepada Allah SWT dan rasulnya
yang berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah.
Dalam buku Manajemen Pendidikan karya Muhaimin dkk, Ginandjar membagi lima level
kepemimpinan yang saling berurutan, yaitu:
1.
Pemimpin
yang dicintai
Dalam
sebuah hadits Nabi SAW dinyatakan bahwa “Man la yarham la yurham” yakni
siapa saja yang tidak mencintai orang lain, maka ia tidak akan dicintai oleh
orang lain. Untuk bisa memimpin dengan baik, seorang pemimpin harus mencintai
atau memiliki sifat kasih sayang terhadap orang-orang yang dipimpinnya.
2.
Pemimpin
yang dipercaya
Setelah
Mampu memimpin dengan mengedepankan sifat kasih sayang dan mencintai, pemimpin
harus memiliki integritas yang tinggi untuk mencapai visi misi dan
cita-citanya. Dengan integritas akan timbul keberanian dalam diri untuk
menghadapi berbagai rintangan dan resiko yang menghadangnya. Dengan integritas,
keberanian dan komitmen itulah pemimpin akan memeroleh kepercayaan.
3.
Pemimpin
yang membimbing
Dengan
kepercayaan yang diperoleh, pemimpin harus mampu membimbing pengikutnya. Pada
tahap inilah pemimpin akan memeroleh loyalitas yang tinggi dari para
pengikutnya.
4.
Pemimpin
yang berkepribadian
Selanjutnya
untuk menjadi pemimpin besar, ia harus mampu mengetahui dirinya sendiri dan
mengendalikan dirinya sendiri dengan menerapkan disiplin diri. Disiplin diri
adalah bagaimana seseorang mencapai sesuatu yang diharapkan dengan
sungguh-sungguh dengan tidak melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Pemimpin yang
demikian disebut sebagai pemimpin yang berkepribadian.
5.
Pemimpin
yang abadi
Level
terakhir kepemimpinan adalah pemimpin abadi atau biasa disebut dengan
sebutan-sebutan agung seperti nabi, kiai, panglima, dll. Pada level ini
pemimpin bekerja dengan lebih mengedepankan suara hati atau fitrah yang
dimilikinya sehingga memiliki karakter yang kuat. Nabi Muhammad misalnya,
sebagai pemimpin yang memiliki pengaruh hampir di seluruh dunia, memiliki
karakter yang kuat, sehingga hasilnya mampu membentuk sebuah peradaban baru
yang akan bertahan sangat lama. Dari berbagai hasil riset pada pemimpin
perusahaan besar kelas dunia terlihat bahwa pemimpin tersebut memiliki
sifat-sifat kepemimpinan yang merupakan percikan dari sifat-sifat Allah.[21]
Setiap manusia yang terlahir dibumi dari yang pertama hingga yang
terakhir adalah seorang pemimpin, setidaknya ia adalah seorang pemimpin bagi
dirinya sendiri. Bagus tidaknya seorang pemimpin pasti berimbas kepada apa yang
dipimpin olehnya. Karena itu menjadi pemimpin adalah amanah yang harus
dilaksanakan dan dijalankan dengan baik oleh pemimpin tersebut, karena kelak
Allah akan meminta pertanggung jawaban atas kepemimpinannya itu.[22]
Kepemimpinan dalam pandangan Islam merupakan amanah dan tanggung jawab yang
tidak hanya dipertanggungjawabkan
kepada anggota-anggota yang dipimpinnya, tetapi juga akan
dipertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT. Jadi, pertanggungjawaban
kepemimpinan dalam Islam tidak hanya bersifat horizontal-formal sesama manusia,
tetapi bersifat vertikal-moral, yakni tanggung jawab kepada Allah SWT di
akhirat. Kepemimpinan sebenarnya bukanlah sesuatu yang menyenangkan, tetapi
merupakan tanggung jawab sekaligus amanah yang amat berat dan harus diemban
sebaik-baiknya.
IV.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwasanya teori sifat adalah teori
yang menyatakan bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan sekali oleh
sifat-sifat, baik secara fisik maupun psikologis yang dimilikinya. Teori ini populer pada 1940 dan 1950. Banyak sekali sifat-sifat kepemimpinan
efektif yang dikemukakan sejumlah ahli, dan pada umumnya hampir sama, hanya
berbeda dalam jumlah dan pemilihan kata saja.
Kepemimpinan dalam pandangan Islam merupakan amanah
dan tanggung jawab yang tidak hanya dipertanggungjawabkan kepada anggota-anggota yang dipimpinnya, tetapi juga akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT. Jadi,
pertanggungjawaban kepemimpinan dalam Islam tidak hanya bersifat
horizontal-formal sesama manusia, tetapi bersifat vertikal-moral, yakni
tanggung jawab kepada Allah SWT di akhirat. Allah SWT telah memberi tahu kepada
manusia, tentang pentingnya kepemimpinan dalam islam, dan potensi kepemimpinan
manusia sudah terkonsep dalam setiap individu sebagaimana dalam Al-Quran surah Al
Baqarah: 30.
B.
Kata Penutup
Demikianlah makalah yang penulis
susun. Apabila terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan
maupun penjelasan pada makalah ini penulis mohon maaf serta mengharapkan saran dan kritik yang
konstruktif, dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Asnawi,
Sahlan, “Semangat Kerja dan Gaya Kepemimpinan”, Jurnal Psikologi, (No.
2), 1999.
Azhar,
Arsyad, Pokok Pokok Managemen , Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010
Burger,
John M., Intelligent Leadership (Constructs for Thinking Education
Leaders), Toronto: Springer, 2007
Fattah,
Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009
Muflihin,
Muh. Hizbul, “Kepemimpinan Pendidikan: Tinjauan terhadap Teori Sifat dan
Tingkah-laku”, Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan, Vol. 1, No. 1, 2008
Muhaimin, dkk, Manajemen
Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2010
Palestini,
Robert, A game plan for effective leadership, Toronto: Rowman &
Littlefield Education, 2008
Rivai,Veithzal
dan Sylviana Murni, Education Management, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2010
Usman,
Husaini, Manajemen (Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan), Jakarta: Bumi
Aksara, 2009
Wahyosumidjo,
Kepemimpinan Kepala Sekolah (Tinjauan Teoretik dan Permasalahannya), Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2010
Yukl,
Gary A., Leadership in Organization, New Jersey: Upper Saddle River,
1998
[1] Husaini Usman,
Manajemen (Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan), (Jakarta: Bumi Aksara,
2009), hlm. 289
[2] Sahlan Asnawi,
“Semangat Kerja dan Gaya Kepemimpinan”, Jurnal Psikologi, (No. 2), 1999,
Hlm. 88
[3] Muhaimin, dkk,
Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 29
[4] E-Book, John
M. Burger, Intelligent Leadership (Constructs for Thinking Education Leaders),
(Toronto: Springer, 2007), hlm. 61
[5]Wahyosumidjo, Kepemimpinan
Kepala Sekolah (Tinjauan Teoretik dan Permasalahannya), (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2010), hlm. 21
[6] Gary A. Yukl, Leadership
in Organization, (New Jersey: Upper Saddle River, 1998), hlm. 236
[7] E-Book, Robert
Palestini, A game plan for effective leadership, (Toronto: Rowman &
Littlefield Education, 2008), Hlm. 2
[8] Veithzal
Rivai, dan Sylviana Murni, Education Management, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2010), hlm. 286
[9] Wahyosumidjo, Kepemimpinan
Kepala Sekolah (Tinjauan Teoretik dan Permasalahannya), (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2010), hlm. 21-22
[10] Husaini Usman,
Manajemen (Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan)..., hlm. 303
[11] Nanang Fattah,
Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009),
hlm. 89-90
[12] E-Book, John
M. Burger, Intelligent Leadership (Constructs for Thinking Education Leaders),
(Toronto: Springer, 2007), Hlm. 61
[13] Gary A. Yukl, Leadership
in Organization..., hlm. 2
[14] Husaini Usman,
Manajemen (Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan)..., hlm. 289
[15] Gary A. Yukl, Leadership
in Organization..., hlm. 244
[17] Husaini Usman,
Manajemen (Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan)..., hlm. 303.
[18]
Muh. Hizbul Muflihin, “Kepemimpinan Pendidikan: Tinjauan terhadap Teori Sifat dan
Tingkah-laku”, Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan, (Vol. 1, No. 1, 2008), hlm.
5
[19] Husaini Usman,
Manajemen (Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan)..., hlm. 296
[20] Kementrian
Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya, (Jakarta: Sygma, 2010), hlm.
6
[21] Muhaimin, dkk,
Manajemen Pendidikan..., hlm. 33-36
[22] Arsyad Azhar, Pokok
Pokok Managemen , (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 177.