PERILAKU KELOMPOK DALAM ORGANISASI
Makalah
Disusun Guna
Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Kepemimpinan dan
Perilaku Organisasi
Dosen Pengampu
:
Dr. Widodo Supriyono, M.Ag
Disusun oleh :
1.
Asma’ul
Khoiriyah (1500128005)
2.
Ummu
Hanifah (1500128013)
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
WALISONGO
SEMARANG
2016
PERILAKU KELOMPOK DALAM ORGANISASI
I.
PENDAHULUAN
Apabila
berbicara tentang perilaku organisasi, berarti juga membahas tentang perilaku
manusia. Manusia adalah pendukung utama setiap organisasi apapun bentuknya.
Perilaku manusia yang berada dalam suatu kelompok atau organisasi adalah awal
dari perilaku organisasi itu. Perilaku manusia yang terdapat di dalam
organisasi berasal dari dua sumber, yaitu perilaku individu dan perilaku
kelompok. Perilaku kelompok tersebut berasal dari perilaku individu-individu
yang berkumpul menjadi sebuah kelompok.
Sebagai makhluk sosial, manusia
tidak bisa dipisahkan
dari kelompok. Kelompok merupakan
bagia n dari kehidupan
manusia. Setiap hari
manusia akan terlibat
dalam aktivitas kelompok. Demikian pula
kelompok merupakan bagian
dari kehidupan organisasi. Pada umumnya, manusia yang menjadi anggota dari suatu organisasi besar atau
kecil mempunyai kecenderungan yang kuat untuk mencari keakraban dalam
kelompok-kelompok tertentu. Dimulai dari adanya kesamaan tugas pekerjaan yang
dilakukan, seringnya berjumpa, adanya kesamaan kesenangan bersama, maka
timbullah kedekatan satu sama lain, sehingga mulailah mereka berkelompok dalam
organisasi.
Dalam suatu organisasi
bisa terdapat beberapa macam kelompok yang terbentuk melalui suatu proses
tertentu. Kelompok memunyai status dan norma yang memengaruhi perannya.
Kelompok juga dapat berbeda menurut besaran dan kohesivitasnya. Maka dalam
makalah ini akan dibahas mengenai perilaku kelompok dalam organisasi.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Apa
pengertian perilaku kelompok dalam organisasi?
B.
Apa
saja tipe-tipe kelompok?
C.
Bagaimana
tahap-tahap perkembangan kelompok?
D.
Apa
manfaat kelompok dalam sebuah organisasi?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Perilaku Kelompok dalam Organisasi
1.
Pegertian Perilaku
Secara
etimologi, perilaku dalam bahasa inggris berarti “behavior”.
Sedangkan secara terminologi, Perilaku menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya “tanggapan atau reaksi individu terhadap
rangsangan atau lingkungan”.[1] Menurut
Toha, perilaku merupakan suatu fungsi dari interaksi antara individu dengan
lingkungannya.[2] Suatu perilaku dapat diobservasi ketika
perilaku itu dapat dilihat dan terukur serta dapat dihitung dalam kaitan dengan
frekuensi dan/atau jangka waktu.[3] Jadi, perilaku adalah aktifitas individu atau manusia sebagai
reaksi terhadap lingkungan yang dapay diamati.
2.
Pengertian Kelompok
Secara
etimologi, kelompok dalam bahasa inggris diartikan dengan “group”.
Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat yang mendefinisikan mengenai
kelompok. Menurut Robbins dan Coulter, kelompok adalah, “dua atau lebih
individu yang berinteraksi dan saling bergantung yang bekerja sama untuk meraih
tujuan tertentu”.[4]
Menurut
Karen, kelompok dapat didefinisikan sebagai, “A group is at least two individuals
gathered together because of some common bond, to meet members’ social and
emotional needs, or to fulfill some mutual purpose”.[5] Kelompok adalah
sekurang-kurangnya dua orang yang berkumpul bersama karena suatu keadaan, untuk
bertemu anggota sosialnya dan kebutuhan emosi, atau untuk saling memenuhi
tujuan.
Sedangkan menurut David dan Frank, terdapat 7
definisi tentang kelompok antara lain sebagai berikut:
a.
Sejumlah
orang yang berkumpul bersama untuk mencapai tujuan
b.
Kumpulan
orang-orang yang saling bergantung dalam beberapa hal.
c.
Sejumlah
individu yang saling berinteraksi.
d.
Suatu
kesatuan sosial yang terdiri dari dua orang atau lebih yang menganggap diri
mereka berada dalam satu kelompok.
e.
Kumpulan
individu yang interaksinya tersusun oleh peran dan norma.
f.
Sekumpulan
orang yang saling memengaruhi satu sama lain.
g.
Sekumpulan
individu yang mencoba untuk memuaskan beberapa kebutuhan pribadi melalui
kebersamaan mereka.[6]
Dari
definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kelompok adalah dua orang
atau lebih yang berkumpul dan beriteraksi untuk mencapai tujuan tertentu.
3.
Pengertian Organisasi
Secara etimologi, organisasi dalam bahasa inggris diartikan dengan
“organization”. Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat yang mendefinisikan
mengenai organisasi.
Menurut James D. Mooney yang dikutip oleh Wursanto, organisasi
diartikan sebagai “Organization is the from of every human association
for the attainment of common purpose”.
Organisasi merupakan bentuk dari setiap perserikatan manusia untuk mencapai
suatu tujuan bersama.[7]
Menurut Alo Liliweri, organisasi adalah “bentuk kerja sama yang sistemik
antara sejumlah orang untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan bersama”.[8]
Menurut Greenberg dan Baron yang dikutip oleh Wibowo, organisasi
adalah, “sistem sosial yang terstruktur terdiri dari kelompok dan individu
bekerja bersama untuk mencapai beberapa sasaran yang disepakati”.[9]
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa organisasi
adalah suatu bentuk kerjasama antara individu maupun kelompok untuk mencapai
tujuan bersama yang telah disepakati.
4.
Pengertian Perilaku Kelompok dalam Organisasi
Dari
pengertian perilaku dan pengertian kelompok diatas dapat disimpulkan bahwa
perilaku kelompok adalah aktifitas yang dapat diamati dari dua atau lebih
manusia atau individu yang berinteraksi dan berkumpul untuk mencapai tujuan tertentu.
Manusia
sebagai individu memunyai watak, temperamen, sifat dan kepribadian yang
berbeda-beda. Apabila individu tersebut masuk menjadi anggota suatu kelompok,
maka sifat, watak, temperamen dan kepribadiannya akan ikut dibawa masuk ke
dalam kelompok. Dalam hal demikian maka akan terbentuk perilaku yang pada
mulanya berorientasi kepada perilaku individu harus diarahkan dan dikendalikan
ke arah perilaku yang berorientasi kelompok. Hal ini berarti perilaku individu
harus diarahkan menuju kepentingan organisasi guna mencapai tujuan organisasi
sehingga dalam perkembangan selanjutnya perilaku kelompok berkembang menjadi
perilaku organisasi.[10]
Perilaku
organisasi adalah suatu bidang studi yang menginvestigasi dampak perilaku dari
individu, kelompok, dan struktur dalam organisasi, dengan maksud menerapkan
pengetahuan untuk memperbaiki efektivitas organisasi.[11]
Jadi,
perilaku kelompok dalam organisasi adalah aktifitas yang dilakukan dua atau
lebih individu yang berkumpul dan berinteraksi sebagai anggota organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi tertentu yang telah disepakati.
B.
Tipe-tipe Kelompok
Berdasarkan
alasan terbentuknya, kelompok dapat dibagi menjadi dua yaitu dapat berbentuk
kelompok formal ataupun kelompok informal.
1.
Kelompok
Formal (Formal Group)
Kelompok
formal adalah kelompok yang terbentuk karena tindakan manajerial organisasi,
dirancang secara intensional untuk mengarahkan anggotanya ke arah tujuan
organisasi. Dalam kelompok formal, perilaku anggota yang terikat didalamya
ditentukan dan diarahkan pada tujuan organisasional.[12] Kelompok
formal merupakan kelompok kerja yang terbatas pada satu struktur organisasi dan
memiliki rancangan penugasan kerja serta tugas-tugas spesifik yang ditujukan
untuk mencapai tujuan organisasi.[13]
Manajer menciptakan kelompok kerja untuk melaksanakan tugas dan pekerjaan yang
ditugaskan kepadanya.[14] Kelompok
formal memunyai dua bentuk, antara lain:
a.
Kelompok
Komando (Command Group), merupakan kelompok yang ditentukan oleh
hubungan diantara individu yang menjadi bagian formal dari organisasi, mereka
yang memunyai legitimasi memberi perintah kepada yang lain.
b.
Kelompok
Tugas (Task Group), merupakan kelompok formal organisasional yang
dibentuk untuk melakukan tugas spesifik. Kelompok ini terdiri dari individu
dengan minat dan keahlian khusus dalam bidang tertentu tanpa memandang posisi
mereka dalam hirarki organisasi.[15]
2.
Kelompok
Informal (Informal Group)
Kelompok
informal adalah kelompok yang berkembang secara alamiah diantara individu,
tanpa pegarahan dari organisasi dimana mereka bekerja.[16]
Kelompok informal tidak terstruktur maupun ditentukan secara organisasional. Kelompok
informal terbentuk sebagai konsekuensi dari tindakan individu sebagai tanggapan
atas kebutuhan dan kontak sosial. Kelompok ini merupakan kelompok sosial yang berkembang
berdasarkan minat yang sama dan pertemanan. Walau tidak dibentuk oleh
manajemen, kelompok jenis ini dapat memengaruhi kinerja individu dan
organisasi. Dampaknya dapat bersifat positif atau negatif tergantung tujuan
dari para anggota kelompoknya.[17]
Kelompok formal memunyai dua bentuk, antara lain:
a.
Kelompok
Minat (Interest Group) adalah kelompok pekerja yang berkumpul untuk
memuaskan minat atau kepentingan bersama.
b.
Kelompok
Persahabatan (Friendship Group) adalah kelompok informal yang berkembang
karena anggotnya adalah teman, sering saling bertemu di luar organisasi.[18]
Sedangkan
David dan Frank membagi kelompok menjadi empat jenis berdasarkan prestasinya,
antara lain sebagai berikut:
1.
Kelompok
Pseudo, merupakan kelompok dimana anggotanya telah menetapkan untuk
bekerjasama, tetapi tidak seorangpun tertarik untuk menjalankannya. Susunannya
menimbulkan persaingan satu sama lain. contohnya seperti kelompok penjualan
regional yang bekerja sama untuk meningkatkan keuntungan.
2.
Kelompok
Tradisional, merupakan kelompok dimana anggotanya setuju untuk bekerja sama,
tetapi melihat hanya sedikit keuntungan dalam menjalankannya. Anggotanya
menjalankan pekerjaan sendiri-sendiri walaupun saling berinteraksi. Cotohnya
seperti kelompok belajar yang dibentuk oleh guru, dimana ada beberapa murid
yang mengerjakan tugas sedangkan yang lain tidak melakukan apapun.
3.
Kelompok
Efektif, adalah kelompok yang anggotanya bekerja sama untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Anggotanya yakin bahwa mereka dapat mencapai tujuan jika
bekerjasama dengan anggota kelompok lain dan mencapai tujuan bersama.
4.
Kelompok
prestasi tinggi, adalah kelompok yang memenuhi semua kriteria kelompok efektif
dan menunjukkan semua harapan yang layak, yang diberikan oleh para anggotanya.
Yang membedakan dengan kelompok efektif adalah tingkat komitmen anggota yang
menganggap anggota lain adalah keluarga dengan adanya cinta dan kepercayaan. [19]
Sedangkan
dilihat dari interaksinya, kelompok dibedakan menjadi dua jenis, antara lain
sebagai berikut:
1.
Kelompok
Primer, merupakan kelompok dengan interaksi atau hubungan langsung. Dalam
kelompok ini terdapat interaksi sosial secara tatap muka (face to face).
Kelompok ini memegang peranan penting dalam pembentukan perilaku individu,
karena dalam kelompok inilah individu berkembang sebagai makhluk sosial. Yang
termasuk dalam kelopok ini adalah keluarga, tetangga, kelompok agama, dan
sebagainya.
2.
Kelompok
Sekunder, merupakan kelompok dengan interaksi tidak langsung. Hubungan dalam
kelompok ini didasarkan atas perhitungan rasional, untung dan rugi sehingga
kurang bersifat kekeluargaan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah serikat
pekerja, persatuan pengusaha, berbagai himpunan dan berbagai lembaga ilmiah.[20]
C.
Tahapan Perkembangan Kelompok
Riset
menunjukkan bahwa suatu kelompok berkembang melalui lima tahapan sehingga
dinamakan The Five Stage Group Development Model, dilakukan melalui
tahapan pembentukan (forming), pancaroba/ keributan (Storming),
penormaan (norming), pelaksanaan (performing), dan penundaan (adjouring).[21]
1.
Pembentukan (Forming).
Tahap ini merupakan tahap awal pengembangan kelompok, dimana tindakan awal
para anggota mulai menciptakan pola-pola hubungan dengan pimpinan, rekan kerja,
dan norma-norma kelompok. Secara singkat pada tahap inilah mulai diletakkan pola
dasar perilaku kelompok.[22] Tahap ini memunyai dua fase, fase pertama terjadi ketika
orang-orang mulai bergabung. Setelah bergabung, fase keduapun dimulai yaitu
mendefinisikan tujuan, struktur, dan kepemimpinan kelompok. [23]
Tahap
awal ini ditandai dengan ketidakpastian dan kebingungan. Anggota kelompok tidak
meyakini tujuan, struktur, tugas, atau kepemimpinan dalam kelompok. Anggota
mempertimbangkan tipe perilaku seperti apa yang dapat diterima. Tahapan ini
selesai apabila anggota mulai berfikir diri mereka sebagai bagian dari
kelompok.[24]
2.
Pancaroba/ Keributan (Storming).
Pada
tahap ini anggota menerima keberadaan kelompok, tetapi menolak dan memaksa pada
individualitas selanjutnya terjadi konflik intrakelompok yang terjadi akibat
perselisihan siapa yang berhak megontrol atau mengawasi kelompok dan apa yang
harus dilakukan kelompok ini. Ketika tahapan ini selesai, terbentuklah hirarki
kepemimpinan yang relatif jelas dan adanya kesepakatan mengenai arah kelompok
tersebut. [25]
3.
Penormaan (Norming).
Setelah keributan terjadi, akan mendorong terbentuknya aturan
dan tata tertib. Struktur kelompok akan semakin solid dan akrab karena
norma yang telah disepakati bersama. Tahap ini merupakan tahap dimana hubungan akrab mulai terjalin dan
kelompok mulai menyatu. Anggota mulai mengakhiri perbedaan menjadi kerjasama
dengan tingkat kohesivitas (kepaduan) yang tinggi. Tahap ini selesai ketika
struktur kelompok mulai solid dan kelompok telah mensimulasikan harapan bersama
tentang apa yang menjadi perilaku anggota yang benar dan menerima serangkaian norma yang berlaku dalam kelompok.[26]
4.
Pelaksanaan (Performing).
Pada
tahap ini, kelompok mulai berfungsi dan menitikberatkan pada penyelesaian
secara efektif tugas-tugas yang telah disetujui pada tahap norming.
Karena struktur sudah ditetapkan dan diterima sepenuhnya, energi kelompok
beralih dari sekedar saling mengenal dan memahami menjadi mewujudkan dan
menyelesaikan tugas. Ini merupakan tahap terakhir dari perkembangan kelompok
kerja yang permanen. Akan tetapi, untuk kelompok yang bersifat temporer seperti
tim proyek, satuan tugas, atau kelompok sejenis yang yang memiliki tugas yang
terbatas, tahap finalnya adalah penundaan (adjourning). [27]
5.
Penundaan (Adjourning).
Tahap
ini merepresentasikan akhir dari sebuah kelompok.. Bagaimanapun, untuk tim
dengan tugas khusus, saat tujuan telah tercapai, kelompok akan membubarkan diri
atau memiliki komposisi baru. Pada tahap ini perhatian kelompok fokus pada
penyelesaian kegiatan daripada pelaksanaan tugas. Sebagian anggota kelompok bersukacita
dengan pencapaian kelompok, dan sebagian lagi bersedih karena hilangnya rasa
keakraban dan persahabatan. [28]
D.
Manfaat Kelompok dalam Organisasi
Berbagai
kelompok bekerja dalam suatu organisasi sebagai kesatuan-kesatuan yang jelas.
Kelompok-kelompok itu mungkin merupakan kelompok-kelompok fungsional (misalnya
orang-orang produksi, orang-orang pemasaran, para peneliti dan sebagainya),
atau mungkin kelompok-kelompok vertikal (misalnya para kepala sekolah dan para
guru, para manajer senior, para pekerja dan para penyelia dan sebagainya).
Berbagai kelompok dalam organisasi bekerja bersama-sama. Mereka memikul
tanggung jawab bersama dan menangani masalah-masalah dalam bidang mereka
sendiri demi tercapainya tujuan organisasi.[29]
Menurut
wursanto, manfaat yang didapat dengan adanya suatu kelompok antara lain:
1.
Kelompok dapat memberikan rasa aman bagi
seseorang (sense of security) karena merasa memunyai perlindungan.
2.
Kelompok dapat mengatasi berbagai macam
persoalan baik yang menyangkut bidang ekonomi, politik, hukum, dan sebagainya.
3.
Kelompok dapat memberikan martabat (prestige),
status sosial (social standing), dan pengakuan.
4.
Kelompok dapat memberikan dorogan dan semangat
(motivasi).
5.
Kelompok dapat memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam rangka meningkatkan prestasi seseorang.
6.
Kelompok dapat memberikan kepuasan, baik
kepuasan yang bersifat jasmani, kepuasan psikologis maupun kepuasan sosial.
7.
Kelompok dapat memberikan bantuan seseorang
yang dalam kesulitan.[30]
Praktisi
kerja sosial memahami perilaku manusia dalam kelompok untuk banyak alasan.
Bekerja dengan yang lain untuk mengerjakan sesuatu adalah komponen inti dari
praktek kerja sosial secara umum dalam sebuah organisasi atau komunitas.
Schoper dan Galinsky (1955) menyebut empat alasan mengapa kelompok penting
untuk organisasi.
1.
Kelompok memungkinkan berbagi hal menarik serta
memberikan dukungan, informasi, dan motivasi dengan yang lain sehingga
memengaruhi lingkungan sosial seseorang daripada individu tunggal.
2.
Kelompok meningkatkan kreativitas dan pemecahan
masalah yang potensial. Mereka menyediakan tempat dimana anggotanya dapat
menyampaikan ide-ide dan pendapat, meninjau masalah yang mereka hadapi,
menumbuhkan pengalaman baru, dan mengembangkan pendekatan baru.
3.
Dengan bekerja bersama dalam sebuah kelompok,
anggota mendapat tekanan dan pengaruh satu sama lain. anggota kelompok
bertanggung jawab bagi anggota lain untuk menyelesaikan tugasnya masing-masing.
Ini adalah cara anggota dapat menguatkan satu sama lain untuk membuat kemajuan
dan mencapai tujuan.
4.
Kelompok penting untuk kerja yang efektif dan
efisien. Ketika banyak individu terlibat dalam pembuatan keputusan,
merencanakan, mengusulkan, atau ikut campur, kelompok akan mendapatkan cara
yang efisien untuk komunikasi, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. [31]
Adanya kelompok dalam suatu
organisasi dapat memengaruhi kinerja dan kepuasan. Riset mengindikasikan bahwa
kelompok kecil lebih cepat dalam menangani tugas dari pada individu tunggal dan
kelompok besar. Dan untuk pemecahan masalah, kelompok besar secara konsisten
memberikan hasil yang lebih baik dari pada kelompok kecil karena kelompok besar
sangat baik dalam mendapatkan input yang beragam. [32]
Dari penjelasan diatas, dapat
diketahui banyaknya manfaat dari keberadaan kelompok dalam suatu organisasi,
baik manfaat untuk individu sebagai bagian atau anggota kelompok maupun bagi
efektifitas kerja suatu organisasi yang sedang berjalan.
IV.
KESIMPULAN
Perilaku
kelompok dalam organisasi adalah aktifitas yang dilakukan dua atau lebih
individu yang berkumpul dan berinteraksi sebagai anggota organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi tertentu yang telah disepakati. Perilaku individu
harus diarahkan menuju kepentingan organisasi guna mencapai tujuan organisasi
sehingga dalam perkembangan selanjutnya perilaku kelompok berkembang menjadi
perilaku organisasi.
Ada
banyak tipe kelompok baik berdasarkan alasan pembentukannya, tingkat prestasi
dan interaksinya. Berdasarkan alasan pembentukannya yaitu kelompok formal dan
informal. Berdasarkan tingkat prestasinya yaitu kelompok pseudo, kelompok
tradisional, kelompok efektif, dan kelompok prestasi tinggi. Sedangkan berdasarkan interaksinya yaitu
kelompok primer dan kelompok sekunder.
Dalam
perkembangannya, kelompok berkembang melalui lima tahapan yaitu; pembentukan (forming),
pancaroba/ keributan (Sorming), penormaan (norming), pelaksanaan
(performing), dan penundaan (adjouring). Ada begitu banyak
manfaat dari keberadaan kelompok dalam suatu organisasi, baik manfaat untuk
individu sebagai bagian atau anggota kelompok maupun bagi efektifitas kerja
suatu organisasi yang sedang berjalan.
V.
PENUTUP
Demikianlah
makalah yang penulis susun. Apabila terdapat kekurangan dan kesalahan dalam
penyusunan maupun penjelasan pada makalah ini penulis mohon maaf serta mengharapkan saran dan kritik yang
konstruktif, dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
DAFTAR
PUSTAKA
Ashman, Karen
K. Kirst, Human Behavior, Communities, Organizations, and Groups in the
Macro Social Environment, Belmont: Thomson, 2008
Ivancevich,
John M., Robert Konopaske, dan Michael T. Matteson, Perilaku dan Manajemen
Organisasi, Terj. Gina Gania, Jakarta: Erlangga, 2006
Johnson,
David W. dan Frank P. Johnson, Dinamika Kelompok, Terj. Theresia,
Jakarta: Indeks, 2012
Liliweri, Alo, Sosiologi dan Komunikasi Organisasi, Jakarta:
Bumi Aksara, 2014
Luthans,
Fred, Organizational Behavior, Terj. Vivin Andhika Yuwono, dkk, Yogyakarta:
Andi, 2006
Pareek,
Udai, Perilaku Organisasi, Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo, 1996
Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
2005, Balai Pustaka
Robbins,
Stephen P. dan Mary Coulter, Manajemen, Terj. Bob Sabran dan Devri
Barnadi Putera, Jakarta: Erlangga, 2010
Sofyandi, Herman, dan Iwa Garniwa, Perilaku Organisasional, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007
Thoha, Miftah, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2007
Wibowo,
Perilaku dalam Organisasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013
Wursanto,
Dasar-dasar Ilmu Organisasi, Yogyakarta: Andi, 2005
Zirpoli,
Thomas J., Behavior Management, New Jersey: Pearson, 2012
[1] Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
2005, Balai Pustaka), hlm. 859.
[2] Miftah Thoha. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya.
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007). hlm 34
[3] Thomas J.
Zirpoli, Behavior Management, (New Jersey: Pearson, 2012), hlm. 14
[4] Stephen P.
Robbins dan Mary Coulter, Manajemen, Terj. Bob Sabran dan Devri Barnadi
Putera, (Jakarta: Erlangga, 2010), hlm. 297
[5]
E-Book, Karen K. Kirst-Ashman, Human Behavior, Communities, Organizations,
and Groups in the Macro Social Environment, (Belmont: Thomson, 2008), hlm.
45
[6] David W.
Johnson, dan Frank P. Johnson, Dinamika Kelompok, Terj. Theresia,
(Jakarta: Indeks, 2012), hlm. 10
[7] Wursanto, Dasar-dasar
Ilmu Organisasi, (Yogyakarta: Andi, 2005), hlm. 52
[8] Alo Liliweri, Sosiologi
dan Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hlm. 51
[9] Wibowo, Perilaku
dalam Organisasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 1
[10] Wursanto, Dasar-dasar
Ilmu Organisasi..., hlm. 277
[11] Wursanto, Dasar-dasar
Ilmu Organisasi..., hlm. 52
[12] Wibowo, Perilaku
dalam Organisasi..., hlm. 167
[13] Stephen P.
Robbins dan Mary Coulter, Manajemen..., hlm. 297
[14] John M.
Ivancevich, Robert Konopaske, dan Michael T. Matteson, Perilaku dan
Manajemen Organisasi, Terj. Gina Gania, (Jakarta: Erlangga, 2006), hlm. 17
[15] Wibowo, Perilaku
dalam Organisasi..., hlm. 167
[16] Wibowo, Perilaku
dalam Organisasi..., hlm. 167
[17] John M.
Ivancevich, Robert Konopaske, dan Michael T. Matteson, Perilaku dan
Manajemen Organisasi..., hlm. 17
[18] Wibowo, Perilaku
dalam Organisasi..., hlm. 167
[19] David W.
Johnson, dan Frank P. Johnson, Dinamika Kelompok..., hlm. 10
[20] Wursanto, Dasar-dasar
Ilmu Organisasi..., hlm. 285-286
[21] Fred Luthans, Organizational
Behavior, Terj. Vivin Andhika Yuwono, dkk, (Yogyakarta: Andi, 2006),
hlm. 516
[22] Herman Sofyandi dan Iwa Garniwa. Perilaku Organisasional. (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2007). hlm 131
[23] Stephen P.
Robbins dan Mary Coulter, Manajemen..., hlm. 298
[24] Wibowo, Perilaku
dalam Organisasi..., hlm. 167
[25] Stephen P.
Robbins dan Mary Coulter, Manajemen..., hlm. 298
[26] Fred Luthans, Organizational
Behavior..., hlm. 516
[27] Stephen P.
Robbins dan Mary Coulter, Manajemen..., hlm. 298
[28] Stephen P.
Robbins dan Mary Coulter, Manajemen..., hlm. 298
[29] Udai Pareek, Perilaku
Organisasi, (Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo, 1996), hlm. 6
[30] Wursanto, Dasar-dasar
Ilmu Organisasi..., hlm. 7-8
[31]
E-Book, Karen K. Kirst-Ashman, Human Behavior, Communities, Organizations,
and Groups in the Macro Social Environment..., hlm. 45
[32] Stephen P.
Robbins dan Mary Coulter, Manajemen..., hlm. 304
Luar biasa inisiasi untuk publikasi makalah dengan DafPus.y oleh Prof. DR. Hj. Ummu Hanifah, M.Pd..... Salutttt besarrrr
BalasHapusmantappppp..... (y)
BalasHapus